Abd. Kadir 443 DIRASAT ISLAMIYAH.

444 Dirasat Islamiyah dalam bentuk perjanjiaan yang dikenal dengan Perjan- jian Hudaybiyah. Dalam perjanjian yang berat sebelah dan tidak menguntungkan kaum muslimin itu disebut- kan: 1. Umat Islam dan kaum Quraisy tidak boleh saling serang selama 10 tahun; 2. Kaum muslim wajib mengembalikan orang Mekah yang menjadi pengikut Nabi di Madinah; 3. Kaum Quraisy tidak wajib mengembalikan orang muslim Madinah yang menjadi pengikut Kaum Quraisy. 4. Tiap kabilah bebas melakukan perjanjian dengan siapapun; 5. Kaum muslimin dilarang mengunjungi Kabah pada tahun itu, tetapi boleh mengunjunginya pada tahun berikutnya; 6. Orang Quraisy harus meninggalkan Mekah terlebih dahulu jika kaum muslimin memasuki kota Mekah; 7. Tidak diizinkan membawa senjata, kecuali pedang di dalam sarungnya jika kaum muslimin memasuki kota Mekah; 8. Tidak boleh tinggal di Mekah lebih dari tiga hari tiga malam. Namun belum lama perjanjian itu disepakati, terjadi penyerangan kaum Quraisy terhadap penduduk muslim yang tertinggal di Mekah. Peristiwa ini dianggap sebagai penistaan terhadap perjanjian damai itu. Sesuai dengan perjanjian Hudaybiyah, maka pada bulan Ramadhan tahun 8 H atau Januari 630 M. berangkatlah Nabi bersama shahabat ke Mekah tanpa halangan apa-

H. Abd. Kadir 445

pun dari kaum Quraisy. Nabi dan shahabat-shahabatnya masuk kota Mekah dengan menyarungkan pedangnya, karena Nabi tidak ingin terjadinya peperangan. Nabi menyampaikan seruan kepada penduduk Mekah: 1. Barang siapa menutup pintu rumahnya rapat-rapat, maka ia aman; 2. Barang siapa yang masuk ke Masjdil Haram, maka ia aman; 3. Barang siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, maka ia aman. K. Haji Wada’ Nabi bersama shahabat berangkat dari Madinah menuju Mekah setelah menunaikan shalat dhuhur di saat bulan Dzul Qa’dah tersisa empat hari. Sampai di Dzil Hulaifah sebelum waktu Ashar kemudian mereka mengenakan pakaian ihram. Setelah menempuh delapan hari perjalanan Nabi tiba di tanah kelahirannya Mekah al-Mukaramah melakukan thawaf di Ka’bah tujuh kali putaran dan sa’i lari-lari kecil antara Shafa dan Marwa tujuh kali. Pada tanggal 8 Dzul Hijjah 10 H. Nabi dan para shahabat yang mengikutinya berangkat menuju Mina dan melaksanakan shalat dhuhur, ashar, maghrib, dan isya di sana. Keesokan harinya -setelah matahari terbit- Mereka menuju Arafah menunggu matahari terge- lincir ke arah barat untuk melaksanakan wuquf. Pada saat itu Nabi menyampaikan khutbah, yang kemudian dikenal dengan Khutbah Wada’. Tempat Nabi berkhut- bah kemudian dibangun sebuah masjid pada pertenga- 446 Dirasat Islamiyah han abad ke-2 H. oleh penguasa Abbasiyah dan diberi nama masjid Namirah. Di akhir khutbahnya Nabi bersabda: َﺖْﻳﱠدَأَو َﺖْﻐﱠﻠَـﺑ ْﺪَﻗ َﻚﱠﻧَأ ُﺪَﻬْﺸَﻧ اﻮُﻟﺎَﻗ ؟َنﻮُﻠِﺋﺎَﻗ ْﻢُﺘْـﻧَأ ﺎَﻤَﻓ ﱢﲎَﻋ َنﻮُﻟَﺄْﺴُﺗ ْﻢُﺘْـﻧَأَو َﺖْﺤَﺼَﻧَو . ِسﺎﱠﻨﻟا َﱃِإ ﺎَﻬُـﺘُﻜْﻨَـﻳَو ِءﺎَﻤﱠﺴﻟا َﱃِإ ﺎَﻬُﻌَـﻓْﺮَـﻳ ِﺔَﺑﺎﱠﺒﱠﺴﻟا ِﻪِﻌَﺒْﺻِﺈِﺑ َلﺎَﻘَـﻓ » ﱠﻠﻟا ِﺪَﻬْﺷا ﱠﻢُﻬﱠﻠﻟا ْﺪَﻬْﺷا ﱠﻢُﻬ « . ٍتاﱠﺮَﻣ َثَﻼَﺛ Kalian akan ditanya tentang aku, apakah yang akan kalian katakan? Jawab parahabat: kami bersaksi bahwa sesungguhnya engkau telah menyampaikan risalah, telah menunaikan amanah dan telah menasehati. Maka Nabi bersabda dengan mengangkat jari telunjuk kearah langit, lalu Nabi balik ke arah manusia: Ya Allah saksikanlah, Ya Allah saksikanlah, diucapkan sebanyak 3x. HR. Muslim. Setelah berkhutbah Nabi menerima wahyu: َﻠَﻋ ُﺖْﻤَْﲤَأَو ْﻢُﻜَﻨﻳِد ْﻢُﻜَﻟ ُﺖْﻠَﻤْﻛَأ َمﻮَﻴﻟا َمَﻼْﺳِﻹا ُﻢُﻜَﻟ ُﺖﻴِﺿَرَو ِﱵَﻤْﻌِﻧ ْﻢُﻜْﻴ ﺎًﻨﻳِد Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu aga- mamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” QS. Al-Maidah: 3. Pada saat turun ayat tersebut, Umar bin Khattab pun menangis. Lalu Nabi bertanya Apa yang menyebab- kanmu menangis?” Umar menjawab, “Sesungguhnya