Abd. Kadir 67 DIRASAT ISLAMIYAH.

68 Dirasat Islamiyah Biasanya salinan tertulis yang dikumpulkan divalidasi dan diverifikasi oleh dirinya sendiri dan Umar -keduanya telah hafal bagian-bagian dari al Qur-an sampai akhirnya seluruh al Qur-an dikumpulkan dalam satu mushhaf. Hasil kompilasi ini setelah berbentuk mushhaf diserahkan kepada Khalifah Abu Bakar. Ketika kekhalifahan berganti pada Umar bin Khattab, maka berganti pula kepeme- liharaan mushhaf itu ke tangannya. Tetapi ketika Umar meninggal dunia karena terbunuh mushhaf itu dipelihara oleh Hafshah binti Umar bin Khattab yang juga janda Nabi. Pada era kekhalifahan Utsman bin Affan 653-656 Dawlah Islamiyah telah berkembang pesat. Untuk keperluan ekspansi syiar Islam ini Khalifah mengerahkan tidak kurang 10.000 prajurit. Diantaranya 6.000 prajurit ditempatkan di Azerbaijan dan sisanya 4.000 prajurit di Rayy. Mereka yang terdiri dari berbagai kabilah, bangsa dan ras berbicara dalam berbagai bahasa dan dialek yang berbeda, tetapi tidak semuanya mempunyai kemampuan secara baik untuk berbicara dalam bahasa Arab yang fasih. Sengketa antara pasukan muslim dari Irak dan Suriah tentang cara membaca al-Qur-an nyaris menjadi adu fisik diantara mereka. Sang komandan Hudzayfah bin al Yamani dalam kunjungannya ke Madinah ibu kota Dawlah Islamiyah melaporkan masa- lah seperti tersebut ke khalifah dan memintanya untuk mengambil kebijakan untuk keseragman teks al-Qur-an. Utsman pun termotivasi untuk menyelaraskan standar teks tertulis al-Qur-an ke dalam satu dialek Arab Quraisy.

H. Abd. Kadir 69

Alasan lain untuk melakukan kebijakan tersebut di atas adalah banyak huffadh muslim orang-orang muslim yang telah hafal al-Qur-an secara keseluruhan mening- gal dunia terutama dalam pertempuran. Disamping itu para pemeluk Islam tersebar dalam wilayah yang sangat luas: ke Irak, Persia, Mesir dan Iran. Para muallaf yang tersebar di beberapa wilayah yang luas itu memerlukan orientasi baru dalam kehidupannya dengan mempelajari al Qur-an secara saksama supaya bisa diimplementasikan dalam kehidupannya. Untuk memenuhi kebutuhan umat Islam terhadap al Qur-an disamping permintaan Hudzayfah, maka Utsman memperoleh pinjaman mushhaf al Qur-an yang disimpan oleh Hafsah. Kemudian ia memembentuk sebuah team yang terdiri dari Zayd bin Tsabit, Abdullah bin al Zubair, Said bin al As dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam untuk menulis ulang naskah dalam salinan yang sempurna. Harapannya kepada mereka bahwa jika mereka tidak setuju dalam suatu hal tentang bacaan al-Qur-an, maka mereka diminta untuk menulis al Qur-an dalam dialek Quraisy, karena al Qur-an diturunkan dalam bahasa mereka. Naskah yang ditulis pada era ini disebut dengan Rasam Utsmani. Utsman telah melakukan suatu terobo- san yang cerdas untuk menyatukan pembacaan umat Islam terhadap al Qur-an dalam pembacaan yang berpe- doman pada satu naskah. Ini adalah salah satu persitiwa penting tentang al Qur-an untuk meminimalisir perbe- daan banyak orang yang seringkali terjadi dalam mem- baca maupun menulis al Qur-an. Mereka melakukannya 70 Dirasat Islamiyah sesuai dengan kriteria permintaan Utsman dan memper- banyak hasilnya untuk dikirim ke setiap ibu kota propinsi Dawlah Islamiyah: Kufah, Basra, Damaskus, Mekah dan satu ditinggal di Madinah dipelihara oleh Utsman. Mushhaf yang ditinggal di Madinah ini kemu- dian dikenal dengan nama Mushhaf al Imam. Naskah asli mushhaf itu dikembalikan pada Hafshah dan khalifah Utsman memerintahkan bahwa semua tulisan al Qur-an lainnya baik tertulis dalam naskah fragmentaris atau seluruh salinan naskah yang ditulis sebelumnya harus dibakar. al Qur-an yang ada seperti saat ini telah selesai dan dipergunakan tanpa banyak perselisihan yang signifikan. G. Naskah al Qur-an kuno Walaupun al Qur-an sudah terkumpul menjadi mushhaf pada era pemerintahan Abu Bakar dan diverivikasi kembali pada era pemerintahan Utsman bin Affan, namun sebagian mushhaf yang pernah dihimpun dan ditulis secara pribadi oleh beberapa shahabat masih dipertahankan keberadannya oleh sebagian shahabat sebagai koleksi pribadi. Dua orang yang mempertahan- kan kepemilikan al Qur-an itu sebagai koleksi pribadinya itu ialah Abdullah bin Mas’ud dan Ubay bin Kaʿb. Naskah Ibn Mas’ud -seorang muallaf awal yang menjadi pelayan pribadi Muhammad- menulis ayat-ayat yang didengarkan langsung dari Nabi. Tujuh puluh surat di- antaranya didengar langsung dari Nabi. Ia mempunyai kompetensi dalam bacaan al Qur-an dan Hadits sehingga Nabi mengangkatnya sebagai salah satu guru