Abd. Kadir 153 DIRASAT ISLAMIYAH.

154 Dirasat Islamiyah tidak dapat ditunda dari waktu yang tersedia untuk mengerjakannya. d. Wajib dilihat dari segi orang dikenai tuntutan: 1. Wajib ‘aini, yaitu kewajiban yang dibebankan kepada setiap orang yang sudah baligh dan ber- akal mukallaf, tanpa kecuali. Kewajiban seperti ini tidak bisa gugur kecuali dilakukan sendiri. Misalnya, kewajiban shalat lima waktu sehari semalam, puasa di bulan Ramadlan. 2. Wajib kifayah, yaitu kewajiban yang dibeban- kan kepada seluruh mukallaf, namun bilamana telah dilaksanakan oleh sebagian umat Islam, maka kewajiban itu dianggap sudah terpenuhi sehingga orang yang tidak ikut melaksanakannya tidak lagi diwajibkan mengerjakannya. Misalnya kewajiban shalat jenazah. e. Dilihat dari segi kadar kuantitas dan bentuk tuntutan: 1. Wajib muhaddad, ialah kewajiban yang telah ditentukan bentuk, ukurannya, dan orang mukallaf dianggap belum melaksanakannya bilamana belum melaksanakan seperti yang telah ditentukan oleh syara’. Dengan kata lain adalah kewajiban yang telah ditentukan kadar atau jumlahnya. Contohnya shalat dan zakat. Shalat lima waktu telah ditetapkan waktunya, jumlah rakaatnya, rukun dan syaratnya. Zakat telah ditetapkan jenis benda yang wajib dizakati dan jumlah zakat yang wajib dikeluarkannisab dan haulnya kepemilikan minimal satu tahun.

H. Abd. Kadir 155

2. Wajib ghayr muhaddad, ialah perbuatan wajib yang tidak ditentukan batas kadarnya batas bilangannya, seperti: I’tikaf dalam masjid atau thuma’ninah dalam shalat tidak ditentukan kadar dan jangka waktunya. 2. NadbMandub Kata mandub secara etimologi berarti sesuatu yang dianjurkan. Secara terminologi adalah suatu perbua- tan yang dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan akan mendapatkan pahala jika orang mau melaksana- kan, namun tidak mendapat dosasiksa orang yang meninggalkannya. Tuntutan hukum ini untuk melaksanakan sesuatu perbuatan yang tidak bersifat memaksa melainkan berisfat anjuran, sehingga seseorang tidak dilarang meninggalkannya. Perbuatan mandub dapat dikenal melalui lafal yang tercantum dalam nash seperti pencantuman kata disunnatkan atau dianjurkan. Atau dibawakan dalam bentuk amar perintah bersamaan dengan tanda yang menunjukkan bahwa tuntutan itu tidak keras dan tidak terlalu memaksa. Walaupun setiap perintah mandub tidak selalu mempunyai indikator seperti itu. ُﻩﻮُﺒُﺘْﻛﺎَﻓ ﻰﻤَﺴُﻣ ٍﻞَﺟَأ َﱃِإ ٍﻦْﻳَﺪِﺑ ْﻢُﺘْﻨَـﻳاَﺪَﺗ اَذِإ اﻮُﻨَﻣآ َﻦﻳِﺬﱠﻟا ﺎَﻬﱡـﻳَأ ﺎَﻳ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dalam surah al-QS: al Baqarah:2:282. 156 Dirasat Islamiyah Ayat itu pada dasarnya mengandung perintah, tetapi terdapat indikasi yang menunjukkan perintah itu kepada nadb, sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikutnya: ُﻪَﺘَـﻧﺎَﻣَأ َﻦُِﲤْؤا يِﺬﱠﻟا ﱢدَﺆُـﻴْﻠَـﻓ ﺎًﻀْﻌَـﺑ ْﻢُﻜُﻀْﻌَـﺑ َﻦِﻣَأ ْنِﺈَﻓ Akan tetapi, apabila sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya. QS: al-Baqarah: 283. Ayat yang kedua ini dapat dipahami bahwa menulis hutang piutang itu hanya mandub sunnat. Para ulama dalam kalangan madzhab Hanafi menyamakan arti sunat dan nafal dengan mandub, bahkan ada pula yang menyamakannya dengan mustahab. a. Sunnah muakadah sunah yang dianjurkan, yaitu perbuatan yang sangat dianjurkan untuk dilakukan; walaupun tidak dikenakan siksa bagi yang mening- galkannya. Atau perbuatan yang dibiasakan oleh Rasulullah dan jarang ditinggalkannya. Contohnya perbuatan sunat yang menjadi pelengkap perbua- tan wajib seperti: shalat rawatib, azan, shalat berjamaah, shalat hari raya, berkurban dan akikah, karena perbuatan-perbuatan yang seperti itu selalu dilakukan Nabi dan jarang sekali hanya sekali atau dua kali Nabi meninggalkannya, sehingga menun- jukkan perbuatan itu bukan wajib namun digemari oleh beliau. b. Sunnah ghayr muakadah sunah biasa, yaitu sesua- tu yang dilakukan Nabi namun bukan menjadi