Abd. Kadir 91 DIRASAT ISLAMIYAH.

92 Dirasat Islamiyah d. Jumlah hadits qudsi berjumlah sekitar 400 buah dan tidak sebanyak hadits Nabawi yang jumlahnya berlipat-lipat ganda dari jumlah hadits qudsi. e. Sanad hadits qudsi tidak terulang-ulang dalam sanad yang berbeda ghayr mukarrar, sedangkan sanad hadist nabawi banyak yang terulang-ulang dalam sanad yang berbeda. f. Hadits qudsi dibukukan dalam Kutub al Sab’ah tujuh kitab induk hadits, sedangkan hadits Nabawi ditulis dalam semua kitab induk hadits. g. Kandungan isi hadits qudsi tentang akhlak, aqidah, dan hukum Islam; sedangkan hadits Nabawi mengandung seluruh aspek yang ber- hubungan dengan ajaran Islam. h. Tidak ada penetupan hukum secara mandiri terlepas dari al Qur-an dalam hadist qudsi; tetapi sebagian hadits Nabawi menetapkan hukum secara mandiri. E. Struktur Hadits Hadits adalah subtansi yang mempunyai banyak komponen yang secara inkulisif menyatu secara integral, sehingga membentuk satu kesatuan melalui unsur-unsur: matan, sanad, dan mukharrij. Kualitas suatu hadits dilihat dari kualitas unsur-unsurnya itu serta hubungan dan kesalingterkaitan diantara unsur-unsurnya itu. Orang yang pertama-tama mendengar atau menyaksikan hadist Nabi adalah shahabat. Kemudian

H. Abd. Kadir 93

shahabat itu menyampaikannya kepada pihak lain, baik pihak itu satu generasi dengannya atau generasi beri- kutnya. Demikian periwayatan hadits berlanjut sampai kepada orang-orang yang membukukan hadits atau kepada orang yang melakukan penilaian keabsahannya. Dengan demikian stuktur hadits itu terdiri dari: 1. Sanad Sanad secara harifiyah adalah sesuatu yang dijadikan sandaran, pegangan, dan pedoman, dukungan atau tempat bersandar. Dan menurut istilah ahli hadits sanad ialah mata rantai para periwayat hadits yang menghubungkan sampainya kepada matan hadis. Atau jalur yang menghubungkan seseorang sampai kepada matan. Jalur ini adalah rangkaian atau untaian para periwayat yang mentransfer matan hadits secara berkesinambungan dan berurutan. Dengan demikian, sanad dan periwayat hadits mempunyai arti yang sama. Isnad adalah mata rantai perawi yang mendokumen- tasikan jalur penyampaian matan hadits. Isnad dide- finisikan pula dengan pemberitahuan dan penjelasan tentang jalur matan. Isnad terdiri dari daftar urutan perawi, masing-masing perawi menyebutkan dari siapa mereka mendengarmenerima hadits. Namun, terkadang kata isnad diartikan dengan sanad, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, kata isnad dan sanad mempunyai arti yang sama. Pada awalnya periwayatan hadits dilakukan secara lisan dari generasi ke generasi, karena Nabi melarang 94 Dirasat Islamiyah menulis hadits agar tidak bercampur dengan tulisan al Qur-an. Walaupun disampaikan secara lisan, tetapi mereka tetap menyebutkan urutan orang yang meri- wayatkannya secara kronologis menyebutan sanad- nya. Sampai akhirnya hadits itu sampai kepada mukharrij orang yang menilai dan membukukan hadits dalam kitabnya. Para mukharrij itu menyebut- kan para periwayat hadits dari orang pertama yang menerima hadits iru sampai orang terakhir dalam catatan hadistnya, sehingga susunan para periwayat hadits itu disebut pula dalam salah atau beberapa kitab haditsnya. Sungguhpun masa hidup para mukha- rrij itu jauh sesudah masa hidup Nabi, tetapi mereka menerima hadits dari periwayat sebelumnya dalam rangkaian sanad. Dengan demikian, dapat diketahui jejak dan ketersambungan antara periwayat hadits dengan periwayat lainnya dari penerima pertama shahabat sampai penerima terkahir. Bagi mukharrij sanad itu menjadi acuan dalam menen-tukan kualitas hadits. 2. Matan Kata matan dalam bahasa Arab berarti; keras, kuat, sesuatu yang nampak dan yang asli. Matan adalah lafad-lafad yang menggambarkan makna hadits, bisa juga diartikan kalimat hadits yang mempunyai arti. 2 Matan adalah teks yang berisi narasi sebuah hadits 2 Al Qasimi, Muhammad Jamal al Din. Qawa‘id al Tahdits min Fununi Must}halah al Hadits, Birut: Dar al Kutub al Ilmiyyah. 202, hlm. 29.