Abd. Kadir 235 DIRASAT ISLAMIYAH.

236 Dirasat Islamiyah pendapatnya yang dianggap bertentangan dengan khalifah semata. Pendapat yang diajukan Ja’d meliputi masa- lah kalam Tuhan, sifat-sifat Tuhan, dan masa- lah takdir. Ja’d berpendapat bahwa Tuhan tidak memiliki sifat, dalam arti Tuhan tidak dapat menyandang sifat-sifat sebagaimana sifat-sifat yang dapat disandangkan pada manusia, seperti sifat kalam atau lawannya bisu. Dengan bersandar pada pemikiran nafy al- sifah ini, al Qur-an menurut Ja’d adalah ma- khluk. Pendapatnya ini dikemukakan ketika ia masih bermukim di Damaskus. b. Jahm bin Shafwan Jahm termasuk muslim non Arab mawali yang berasal dari Khurasan. Mula-mula ia tinggal di Tirmidz lalu di Balkh, sehingga namanya terkadang dinisbatkan ke Samar- kand, terkadang pula ke Tirmidz. Jahm juga menjabat sebagai sekretaris Harits bin Syuraih di Khurasan, ia turut serta dalam gerakan melawan Bani Umayah. Dalam pemberon- takan ini Jahm tertangkap dan kemudian dihukum bunuh oleh Salam al-Mazani. Sebe- lum dibunuh Jahm meminta maaf kepada Salam, tetapi Salam menolaknya. Namun demikian, sepeninggal Jahm, para pengikut- nya tetap bertahan hingga abad ke XI. di daerah Tirmidz dan sekitarnya.

H. Abd. Kadir 237

Paham Jabariah dikembangkan oleh Jahm dan ia menyiarkannya secara lebih luas. Manusia menurut pandangan Jahm tidak mempunyai kekuasaan untuk berbuat apa- apa. Manusia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak, dan pula tidak mem- punyai pilihan bebas. Manusia dalam keada- an terpaksa untuk melakukan perbuatan-per- buatannya, karena manusia tidak mempunyai kekuasaan dan kemauan. Tuhan tidak bisa disifati dengan sifat-sifat makhluk nafy al-shifat, sebab hal demikian akan menimbulkan keserupaan Tuhan dengan makhluk tasybih. Jahm meniadakan sifat hayat dan ilmu bagi Tuhan, tetapi sifat-sifat Tuhan yang tidak mungkin disandangkan kepada makhluk. Jahm cenderung menyikapi Tuhan dengan penyucian dari sifat-sifat makhluk tanzih. Secara berlebihan dalam menyikapi tasybih ini ia menyatakan bahwa Tuhan bukan apa-apa. Konsisten dengan pen- dapatnya tentang nafy al-shifat, ia berusaha menakwilkan ayat-ayat al Qur-an yang meng- indikasikan adanya sifat-sifat Tuhan yang serupa dengan sifat-sifat makhluk. Tetapi ia dapat menerima dan mengakui sebagai sifat Tuhan seperti: Tuhan Mahakuasa al Qadir, Pelaku al Fa’al, Pencipta al Kahliq, Pemberi wujud al-Mujid, Pemberi hidup al-Muhyi, 238 Dirasat Islamiyah dan Mematikan al-mumit. Tidak ada makhluk yang memiliki sifat-sifat seperti itu. Iman bagi Jahm adalah mengetahui ma’rifah terhadap Allah dan rasul-Nya dan segala sesu- atu yang diterimanya dari Tuhan. Sedangkan pengakuan dengan lisan, tunduk dengan hati, dan mengerjakan perbuatan yang diperintah- kan Tuhan dengan anggota badan bukan ba- gian dari iman. Sedangkan kufur adalah orang tidak mengetahui jahl Tuhan. Seseorang yang sudah mengenal Allah marifah, maka ia menjadi orang mukmin. Sifat mukmin tidak tidak akan hilang dengan sebab hanya ingkar kepada Tuhan melalui lidahnya, karena iman dan kufur bersemayam dalam hati dan bukan pada anggota badan. Dengan kekuasaan dan kehendak mutlak-Nya Tuhan dapat memin- dahkan kemampuan ma’rifat itu pada mata kepala sehingga dengannya manusia dapat melihat Tuhan di dunia ini. Pendapat Jahm sebagaimana tersebut di atas sama dengan pendapat Murji’ah sebagai akibat Jahm adalah penganut kelompok Murjiah. Jahm juga berpendapat bahwa surga dan neraka tidak kekal, karena sifat kekal hanya bagi Tuhan dan tidak ada sesuatu yang kekal selain Allah. Kata khulud dalam al Qur-an tidak berarti kekal abadi al-baqa al-mutlak, tetapi berarti lama sekali. Sebagai akibat surga