Abd. Kadir 159 DIRASAT ISLAMIYAH.

160 Dirasat Islamiyah Pada umumnya makruh dibagi: a. Makruh tanzih, yaitu segala perbuatan apabila di- tinggalkan lebih baik daripada dikerjakan, seperti: meninggalkan untuk mengakhirkan waktu berbuka puasa. b. Makruh tahrim, yaitu segala perbuatan yang dila- rang, tetapi dalil yang melarangnya itu dhanni, bukan qath’i, misalnya: merokok dan memakan daging ular menurut madzhab Hanafiyah dan Malikiyah. 5. TahrimHaram, secara etimologi berarti yang dilarang. Sedangkan secara terminologi kata haram berarti sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasul- Nya apabila orang melanggarnyamengerjakannya dianggap berdosa, dan orang yang meninggalkannya diberi pahala. Atau sesuatu yang jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala dan jika dilakukan akan mendapatkan siksa. Tuntutan hukum ini adalah untuk meninggalkan suatu perbuatan dengan tuntutan yang memaksa. ٍقﻼْﻣِإ ْﻦِﻣ ْﻢُﻛَدﻻْوَأ اﻮُﻠُـﺘْﻘَـﺗ ﻻَو Jangan kamu membunuh jiwa yang telah diharamkan Allah. QS Surah al-An’am:6:151. Khitab titah ayat ini disebut dengan tahrim, dan akibat dari tuntutan ini disebut hurmah, dan perbuatan yang dituntut untuk ditinggalkan, yaitu membunuh jiwa seseorang disebut dengan haram.

H. Abd. Kadir 161

Tuntutan yang seperti ini dapat diketahui melalui lafal nash yang jelas. ُﺔَﻘِﻨَﺨْﻨُﻤْﻟاَو ِﻪِﺑ ِﻪﱠﻠﻟا ِْﲑَﻐِﻟ ﱠﻞِﻫُأ ﺎَﻣَو ِﺮﻳِﺰْﻨِْﳋا ُﻢَْﳊَو ُمﱠﺪﻟاَو ُﺔَﺘْﻴَﻤْﻟا ُﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ْﺖَﻣﱢﺮُﺣ َﺢِﺑُذ ﺎَﻣَو ْﻢُﺘْﻴﱠﻛَذ ﺎَﻣ ﻻِإ ُﻊُﺒﱠﺴﻟا َﻞَﻛَأ ﺎَﻣَو ُﺔَﺤﻴِﻄﱠﻨﻟاَو ُﺔَﻳﱢدَﺮَـﺘُﻤْﻟاَو ُةَذﻮُﻗْﻮَﻤْﻟاَو َـﺘْﺴَﺗ ْنَأَو ِﺐُﺼﱡﻨﻟا ﻰَﻠَﻋ ٌﻖْﺴِﻓ ْﻢُﻜِﻟَذ ِمﻻْزﻷﺎِﺑ اﻮُﻤِﺴْﻘ Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan diharamkan bagimu yang disembelih untuk berhala. Dan diharamkan juga mengundi nasib dengan anak panah, mengundi nasib dengan anak panah itu adalah kefasikan. QS. al-Maidah:5:3. a. Haram li dzatihi, ialah haram karena perbuatan itu sendiri, atau haram karena zatnya. Hukum keha- raman sesuatu telah ditetapkan tanpa dikaitkan dengan sesuatu yang lain, seperti: zina, mencuri, dan lain-lainnya. b. Haram li gairihi, ialah haram karena berkaitan de- ngan perbuatan lain, atau haram karena faktor lain yang datang kemudian. Misalnya: memakan daging binatang ternak pada dasarnya halal, tetapi menjadi haram kalau penyembelihannya tidak dilakukan dengan menyebut nama Allah. 162 Dirasat Islamiyah E. Hukum Wadl’i Hukum wadl’i ialah hukum yang berhubungan dengan sebab, syarat atau mani’ penghalang untuk dijadikan sebagai faktor terimplementasinya dari sesuatu perintah atau larangan. Hukum wadl’i adalah ketentuan syari’at dalam bentuk penetapan sesuatu sebagai sebab, syarat dan mani’ perintah atau larangan. 1. Macam-Macam Hukum Wadl’i a. Sebab Sebab menurut bahasa berarti sesuatu yang bisa menyampaikan seseorang kepada sesuatu yang lain atau dengan perkataan lain adalah sesuatu yang bergantung kepadanya suatu hukum. Secara terminologi sebab: sesuatu yang dijadikan oleh syari’at sebagai tanda bagi adanya hukum, dan tidak adanya sebab sebagai tanda bagi tidak adanya hukum. Oleh karena itu, keberadan sebab dijadikan tanda adanya hukum dan ketiadaan sebab dijadikan tanda tidak adanya hukum, atau sebab sebagai latar belakang untuk melakukan atau meinggalkan tindakan hukum. Misalnya akad nikah menjadi sebab halalnya hubungan suami isteri; sebab masih usia menjadi sebab tidak wajibnya khitab titahperintah agama padanya. Dengan lantaran adanya sebab maka timbul akibat hukum. Sebaliknya, ketiadaan sebab menyebabkan ketiadaan akibat hukum. Apabila sesuatu adatampak, maka menjadi tanda ada- nya hukum yang berhubungan dengan sebab itu.