Langkah-langkah Pokok Pembelajaran Metamatika dengan Menggunakan

5 Transferring, pada tahap ini siswa harus mampu mengunakan pengetahuan yang baru diperolehnya dalam menghadapi konteks atau situasi baru yang diberikan oleh guru.

3. Kemampuan Pemahaman, dan Penalaran Matematis

1 Pemahaman Matematis Pemahaman menurut Hewson dan Thorley Kusumah, 2005: 3 adalah konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh siswa sehingga siswa mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait. Skemp Sumarmo, 1987: 24 mengatakan bahwa terdapat dua jenis pemahaman, yaitu a pemahaman instrumental diartikan sebagai pemahaman konsep yang masih saling terpisah antara satu konsep dengan konsep lainnya dan baru mampu menerapkan konsep tersebut pada perhitungan rutinsederhana, atau mengerjakan sesuatu secara algoritmis, dan b Pemahaman relasional, adalah kemampuan mengkaitkan beberapa konsep yang saling berhubungan. Pengertian ini mengandung makna bahwa selain seseorang memahami sejumlah konsep yang telah dipelajarinya, ia juga dapat memahami hubungan antar konsep- konsep yang saling terkait. Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam, 1. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan. 2. Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh. 3. Menggunakan model, diagram dan simbol untuk merepresentasikan suatu konsep. 4. Mengubah suatu bentuk representasi kebentuk lainnya. 5. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep. 6. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan konsep. 7. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep. NCTM, 1989: 223. 2 Penalaran Matematis Penalaran reasoning didefinisikan sebagai proses berpikir yang dilakukan dengan suatu cara untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan bersifat umum dapat ditarik dari kasus-kasus yang bersifat individual. Tetapi dapat juga sebaliknya, dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual Suherman dan Winataputra, 1993: 222. Kedua jenis penalaran ini disebut penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif menurut Keedy 1963: 67, “When a person makes observations and on the basis of his observations reaches conclusions, ...”, sedangkan penalaran deduktif , “… proceeds from assumptions, rather then experience ”. Kemampuan penalaran matematis yang dikaji dalam penelitian ini adalah penalaran induktif, dengan titik berat pengkajian pada aspek penalaran logis, dan analogi induktif. Penalaran logis menurut Kennedy Hudoyo, 2003 adalah sebagai kemampuan mengidentifikasi atau menambahkan argumentasi logis yang diperlukan dalam menyelesaikan soal, sedangkan penalaran logis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam memberikan alasan logis yang diperlukan untuk menyelasaikan soal. Shurter dan Pierce Sumarmo, 1987 menyatakan bahwa penalaran analogi adalah penalaran dari suatu hal tertentu kepada suatu hal lain yang serupa kemudian disimpulkan.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan desain kelompok kontrol pretes- postes dari Ruseffendi 2003a: 45 A O X O A O O Dengan : A = Pemilihan subyek sampel penelitian dilakukan secara purposif berdasarkan kelas. X = Perlakuan yaitu pembelajaran dengan strategi REACT. O = Pretes = Postes kemampuan matematis Sampel penelitiannya adalah siswa kelas VII SMP dipilih empat kelas secara purposif. Siswa yang dijadikan sampel penelitian untuk setiap kelas adalah 34 orang, dua kelas dari sekolah yang berlevel baik dan dua kelas lagi berasal dari sekolah berlevel sedang. Masing-masing satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua set soal yang telah divalidasi, yaitu untuk tes pertama, dan tes kedua. Soal tes digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan pemahaman, dan penalaran matematis siswa.

G. Analisis Data

Untuk menjawab hipotesis dan rumusan masalah, menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, uji Independen Sampel Tes, ANOVA, Q-Q Plot. Penghitungan menggunakan bantuan program SPSS dengan taraf signifikansi yang digunakan adalah 5. Penentuan KMA diperoleh dari skor rata-rata tiga kali tes. KMA siswa ini diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu KMA siswa yang termasuk kategori tinggi skor 75 – 100, sedang skor 55 – 75, dan kategori rendah skor 0 – 54.

H. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Data Rerata Skor Kemampuan Matematis Siswa Secara Keseluruhan

Tabel 1. Hasil Analisis Data Statistik Kemampuan Matematis Secara Keseluruhan Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran, Level Sekolah, dan KMA Data Statistik Pendekatan Pembelajaran PMSR PMKv Pretes Postes Gain Pretes Postes Gain Mean 20,67 70,71 50,04 21,23 57,22 35,99 Mean Level Baik 26,62 73,55 46,93 25,78 59,41 33,63 Sedang 14,73 67,87 53,15 16,08 55,03 38,36 Mean KMA Tinggi 32,92 84,34 51,42 37,53 75,99 38,46 Sedang 24,89 77,43 52,54 27,05 64,19 37,15 Rendah 14,98 62,54 47,56 14,89 49,72 34,82