Hipotesis pertama: ―Perangkat pembelajaran matematika melalui pendekatan

d. Hipotesis keempat: “Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara

mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol melalui pendekatan kontekstual dengan strategi REACT pada materi Dimensi Tiga‖. Pada kolom Levene’s tes for Equality of variances menunjukkan nilai F = 1,133 dan sig = 0,292 lebih dari 5 maka H diterima, artinya variansi kemampuan komunikasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen. Dengan memilih asumsi memiliki varians yang sama Equal Variances assumed diperoleh nilai sig 0,000 yang nilainya lebih kecil dari 5 , sehingga H ditolak. Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rerata kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen adalah 86,61, sedangkan rerata kemampuan komunikasi matematis kelas kontrol adalah 56,83. Data yang diperoleh dari hasil belajar secara keseluruhan menunjukkan bahwa rata-rata gain ternormalisasi yang diperoleh sebesar 81,16 atau 0,81 . Dengan demikian, tafsiran peningkatan komunikasi matematis yang terjadi termasuk kategori tinggi.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian, dapat disimpulkan bahwa: a. Menurut penilaian para ahli, pengembangan perangkat pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dengan strategi REACT pada materi Dimensi Tiga sudah baik dan valid; b. Ketuntasan belajar mencapai 75, hal ini menunjukkan kenaikan hasil prestasi belajar mata kuliah Kapita Selekta Matematika; c. Keterampilan proses mahasiswa dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dengan menurut strategi REACT pada materi Dimensi Tiga sangat berpengaruh positif terhadap kemampuan komunikasi matematis; d. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara mahasiswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol melalui pendekatan kontekstual dengan strategi REACT pada materi Dimensi Tiga. Daftar Pustaka Baroody, A. J. 1993. Problem Solving, Reasoning, and Communicating. New York: Mc. Milan. Crawford. 2001. Teaching Mathematics Contextuallly. Texas: CCI Publishing, Inc. Evans, J. Building Bridges: Reflections on the Problem of Transfer of Learning in Mathematics. Journal Educational Research and Review. 391: 23 –44. Hudojo, H. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta. Odafe, V. U. 2002. Teaching and Learning Mathematics: Student Reflection Adds a New Dimension. Journal Educational Research and Review. 191:486-490. Soetardjo, 1998.Proses Belajar Mengajar dengan Metode Keterampilan Proses. SIC. Surabaya. Triantoro. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka. KARAKTERISTIK TAHAPAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH DIMENSI TIGA BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN AWAL Mardiah Nuntung 1 1 SMA Negeri 5 Palu, Jl.RE Martadinata –Palu; mardiahnuntungyahoo.co.id Abstrak. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif pendekatan kualitatif bertujuan memperoleh deskripsi karakteristik tahapan berpikir kreatif siswa dalam pemecahan masalah dimensi tiga berdasarkan tingkat Kemampuan Awal. Instrumen peneliti sendiri dipandu tugas pemecahan masalah matematika kreatif, tes Kemampuan awal, dan pedoman wawancara. Pengumpulan data dengan wawancara berbasis tugas. Subjek penelitian siswa kelas XI IPA SMAN 8 Makassar terdiri dari 1 orang yang berkemampuan awal tinggi ST dan 1 orang yang berkemampuan awal rendah SR. Hasil penelitian karakteristik tahapan berpikir kreatif: 1 ST: a Mensintesis ide: mencari koherensi, b Membangun Ide berdasarkan: bangun ruang yang mirip. Produktif secara konseptual; c Rencana Penerapan Ide: dengan cara prosedural, berpikir koseptual, mengatasi kesulitan; d Penerapan Ide: memenuhi aspek: kefasihan, kelancaran, dan kebaruan, memperbaiki kesalahan, berpikir kreatif; 2 Karakteristik SR: a Mensintesis ide: mencari koherensi, , b Membangun Ide berdasarkan:bangun ruang yang mirip. Tidak produktif secara konseptual; c Rencana Penerapan Ide: dengan cara procedural dan tidak mampu mengatasinya d Penerapan Ide: memenuhi aspek: kefasihan, kelancaran; 3 perbedaan ST dan SR: 1 dalam membangun dan merencanakan penerapan ide, ST berpikir secara konseptual, SR berpikir prosedural; ST produktif, SR kurang produktif; 2 penerapan ide, ST memenuhi aspek kelancaran, kefasihan, dan kebaruan, SR hanya memenuhi aspek kelancaran dan kefasihan. Kata Kunci . Karakteristik, tahapan berpikir kreatif, mensintesis ide, membangun ide, merencanakan penerapan ide, penerapan ide 1. Pendahuluan Salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum adalah mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan, dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba- coba. Awalnya para ahli meyakini bahwa kemampuan berpikir kreatif hanya dimiliki oleh orang- orang berbakat. Namun, sejalan dengan berkembangnya pengetahuan, beberapa ahli mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir kreatif dapat dibentuk melalui latihan secara terus menerus dan berkesinambungan. Fisher, 1990 menyatakan terdapat miskonsepsi yang meyakini bahwa kreativitas membutuhkan IQ tingkat tinggi. Selanjutnya Kitano, 1992 menyatakan bahwa ada orang berinteligensi tinggi tetapi tidak kreatif tetapi ada orang kreatif tidak memerlukan kecerdasan tinggi. Perubahan paradigma tersebut di atas memotivasi Anderson Kathwohl Alimuddin,2009 untuk merevisi taksonomi Bloom pada aspek