Berpikir Kreatif Pembelajaran GeoGebra

b. Fasilitator kemudian mengenalkan apa itu GeoGebra serta fasilitas-fasilitas yang dimiliki GeoGebra. c. Selanjutnya fasilitator mendemonstrasikan secara sekilas pemanfaatan beberapa dari fasilitas-fasilitas tersebut. Dalam hal ini fasilitator mendemonstrasikan bagaimana mengkonstruksi objek matematika menggunakan toolbar maupun menggunakan input bar. d. Fasilitator memberikan satu contoh mengkonstruksi bangun datar, pada contoh ini diberikan cara mengkonstruksi segitiga samasisi. Berikut konstruksi segitiga samasisi tersebut lihat gambar 2. Sebagai media pembelajaran di kelas, nantinya kedua lingkaran disembunyikan. Apabila titik-titik sudut yang ada pada segitiga digeser, maka segitiga tetap akan merupakan segitiga samasisi. Gambar 2 . Contoh konstruksi segitiga samasisi e. Peserta diberi tugas untuk membuat segitiga samasisi dengan konstruksi yang berbeda dari contoh yang telah diberikan fasilitator. f. Peserta yang telah selesai membuat segitiga samasisi dengan konstruksi yang berbeda diminta maju ke depan kelas untuk sharing dengan peserta yang lain. Berikut beberapa hasil konstruksi segitiga samasisi dari peserta. Gambar 3 . Beberapa hasil konstruksi segitiga samasisi dari peserta g. Selanjutnya peserta diberi tugas untuk membuat persegi panjang. Peserta yang telah selesai membuat persegi panjang dengan konstruksi yang berbeda diminta maju ke depan kelas untuk sharing dengan peserta yang lain. Berikut beberapa hasil konstruksi persegi panjang dari peserta. Gambar 4 . Beberapa hasil konstruksi persegi panjang dari peserta h. Peserta diberi permasalahan mengenai “persegi panjang yang berada di bawah grafik fungsi kudarat seperti terlihat pada gambar 5. persegi panjang tersebut 2 titik sudutnya selalu menempel pada grafik fungsi kuadrat dan dua titik yang lain selalu menempel pada sumbu x ”. Gambar 5 . Gambar persegipanjang di bawah kurva di atas sumbu x Apabila peserta dalam waktu relatif lama masih mengalami kesulitan, fasilitator dapat membantu dengan memberikan pertanyaan pancingan atau beberapa kaidah yang digunakan dalam membuat kontruksi objek tersebut. Selanjutnya peserta yang telah menemukan kontruksi persegi panjang tersebut diminta maju ke depan untuk sharing dengan teman-temannya. Berikut beberapa konstruksi yang dihasilkan peserta. Gambar 6 . Beberapa hasil konstruksi persegi panjang di bawah kurva dari peserta Dengan alur pembelajaran yang fasilitator terapkan seperti di atas ternyata menampakkan hasil tumbuhnya kreativitas dari peserta diklat. Hal ini terlihat dari konstruksi objek-objek yang dihasilkan oleh peserta. Adanya konstruksi yang berbeda-beda dari peserta sebagaimana terlihat pada Gambar 3, Gambar 4, dan Gambar 6 menunjukkan bahwa peserta sudah menerapkan pengetahuan yang dimiliki tentang matematika „digabungkan‟ dengan pengetahuan yang baru di dapat mengenai GeoGebra sehingga menghasilkan objek matematika sesuai yang diharapkan. Dari pengamatan penulis, secara umum peserta yang pernah menggunakan maupun yang belum pernah menggunakan GeoGebra dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Hasil konstruksi objek dari peserta memperlihatkan bahwa, peserta yang belum pernahpemula menggunakan GeoGebra hal ini dikemukakan sendiri oleh peserta yang bersangkutan, konstruksi objeknya relatif lebih sederhana dibandingkan dengan peserta yang sudah pernah menggunakan GeoGebra.

6. Kesimpulan

a. Beberapa hal penting dalam alur pembelajaran GeoGebra ini adalah: 1 Peserta diberi pengenalan awal software GeoGebra. 2 Peserta diajak berpikir mengkonstruksi suatu objek. 3 Peserta diberi kesempatan untuk mencoba berpikir dan praktek mengkonstruksi objek. 4 Peserta diberi permasalahan dengan objek yang lebih komplek dari sebelumnya. Untuk membuat objek tersebut dimungkinkan dengan konstruksi yang berbeda-beda. 5 Peserta diberi kesempatan untuk sharing dengan peserta yang lain, sedang peserta lainnya bertanya atau menanggapi. b. Alur pembelajaran yang diterapkan di atas ternyata menampakkan hasil tumbuhnya kreativitas dari peserta diklat. Hal ini terlihat dari konstruksi objek-objek yang dihasilkan oleh peserta. c. Kelemahan dari alur pembelajaran ini, membutuhkan waktu yang lebih lama. Daftar Pustaka Hohenwarter, M. Fuchs, K. 2004. Combination Of Dynamic Geometry, Algebra,And Calculus In The Software System Geogebra. Tersedia: http:www.geogebra.orgpublicationspecs_2004.pdf .[ Diakses:19 Oktober 2013] Stols, Gerrit. 2009. Geogebra In 10 Lessons. Tersedia: http:www.geogebra.orgworkshopenGerritStols-GeoGebra-in10Lessons.pdf. [Diakses: 19 Oktober 2013] http:www.geogebra.orgpublicationspecs_2004.pdf, [Diakses: Oktober 2013] Mahmudi, Ali. 2010. Membelajarkan Geometri Dengan Program Geogebra. Tersedia: http:eprints.uny.ac.id104831P6-Ali20M.pdf. [Diakses:19 Oktober 2013] Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, FIP UPI. 2007. Ilmu dan aplikasi pendidikan. PT Imperial Bhakti Utama INTIMA, Bandung. Erman, Suherman.Dkk. 2001.Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung. Elaine Johnson. 2009. Contextual Teching Learning, Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Cetakan ke-8. Bandung:Mizan Learning Center. Berliana Kartakusumah. 2006. Pemimpin adiluhung: genealogi kepemimpinan kontemporer. Cetakan I. Jakarta: Teraju, PT Mizan Publika. IDENTIFIKASI CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MALANG DENGAN MENGGUNAKAN METODA POT PEAKS OVER THRESHOLD Juniarti Visa Bidang Pemodelan Atmosfer - Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer - LAPAN Jl. Dr. Djundjunan 133 Bandung, 40173 Email : visamodelyahoo.com Abstrak. Penelitian mengenai identifikasi curah hujan ekstrim berdasarkan data curah hujan bulanan periode 1901-2011 yang dibagi dalam tiga periode yaitu 1901-1037, 1938-1974, 1975-2011. Dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik curah hujan Malang. Dengan menganalisis data curah hujan bulanan dapat diketahui pola curah hujan. Sedangkan untuk mengetahui curah hujan ekstrim, menggunakan metoda POT. Hasil yang diperoleh, Malang mempunyai pola curah hujan monsunal. Dan musim kemarau terjadi pada bulan Juli, Agustus dan September, sedangkan untuk musim basah Desember, Januari dan Februari. Selanjutnya distribusi frekuensi curah hujan periode 1901-1937, memiliki frekuensi tertinggi sebanyak 164 kali untuk intensitas curah hujan antara 0-69 mm, dan 68 kali untuk intensitas curah hujan 140-209 mm. Kemudian untuk periode 1938-1974, diperoleh frekuensi tertinggi sebanyak 169 kali untuk intensitas curah hujan antara 0-75 mm, sedangkan intensitas curah hujan antara 228-303 mm memiliki frekuensi sebanyak 71 kali. Selanjutnya periode 1978-2011 memiliki intensitas curah hujan yang sering terjadi antara 0-70 mm muncul sebanyak 171 kali dan intensitas curah hujan antara 213-183 mm memiliki frekuensi 71 kali. Sedangkan untuk curah hujan ekstrim paling banyak terjadi pada bulan Juli tahun 1908, 1916, 1939, 1950, 1955, 1957, 1968, dan 1989. Kejadian ekstrim yg paling sedikit terjadi yaitu pada bulan November 1912 dan bulan Desember 1961. Kata kunci: Curah hujan, distribusi frekuensi, Peaks Over Threshold POT. Abstract . The identification research of extreme rainfall based on monthly data from 1901-2011 periods is divided into three parts, 1901-1037 , 1938-1974, and 1975-2011 with the main aim is to see and to know the characteristics of rainfall in Malang. The average ofmonthly rainfall data will be analyzed to found it‟s patterns. While to found the extreme rainfall will be using the POT method. The Results shown that patterns of rainfall in Malang has a monsoonal rainfall patterns. The dry season occurs in July , August and September , while for the wet season in December, January and February.The frequency distribution of rainfall in period 1901-1937 has a highest frequency with number 164 times, and the intensity between 0-69 mm. while the 68 times frequency found for the rainfall intensity around 140-209 mm. For the period 1938-1974 has the highest frequency of 169 times for intensity between 0-75 mm.The intensity of rainfall between 228-303 mm has a frequency of 71 times. The period of 1978-2011 has rainfall intensity often between 0-70 mm and comes with frequency 171 times, and for rainfall between 213-183 mm has a frequency of 71 times. The most extreme rainfall occurred in July of 1908, 1916 , 1939, 1950, 1955, 1957, 1968, and1989. The least extreme events occurred in the month of November 1912 and December 1961. Keywords : rainfall, frequency distribution, Peaks Over Threshold POT .