Pendekatan Kualitatif dalamPenilaian Pendidikan Matematika

instrumen utama human instrument. Peneliti bertindak sebagai alat, pelaku, sekaligus pengolah dan penafsir data. Paradigma kualitatif di atas memberi tawaran pendekatan baru dalam penilaian pendidikan matematika. Adopsi pendekatan ini dalam penilaian pendidikan matematika menjanjikan pemerolehan informasi lebih komprehensif. Pendekatan kualitatif merekomendasikan pembaharuan fokus dan sasaran penilaian. Pengukuran bukan satu-satunya sumber penilaian karena penilaian tidak hanya berorientasi aspek- aspek yang “measurable”, tetapi menyasar domain lain, seperti dinamika proses belajar, minat dan motivasi belajar, kebiasaan dan perilaku belajar, bahkan menyangkut perkembangan pribadi siswa. Pendekatan kualitatif juga mendorong sistem pelaporan hasil belajar matematika yang lebih komunikatif. Laporan hasil belajar matematika tidak hanya didominasi angka-angka yang miskin makna, tetapi disampaikan secara naratif sehingga dapat diketahui bagaimana situasi yang lebih nyata dibalik angka-angka tersebut.

5. Implementasi Pendekatan Kualitatif

Implementasi pendekatan kualitatif merupakan alternatif baru paradigma penilaian pendidikan matematika yang diharapkan mampu melengkapi kekurangan sistem penilaian selama ini. Pendekatan kualitatif memberikan peluang pemerolehan informasi proses dan hasil belajar matematika siswa lebih utuh dan mendalam. Penilaian pendidikan matematika tidak lagi dipahami sekedar kegiatan penskoran yang miskin makna, melainkan kegiatan yang lebih luas untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar matematika siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penerapan pendekatan kualitatif dalam penilaian pembelajaran matematika berimplikasi pada beragamnya pilihan teknik dan sasaran penilaian. Observasi merupakan salah satu teknik penilaian yang sangat berguna dalam pembelajaran matematika. Fase berlangsungnya pembelajaran matematika boleh jadi merupakan saat paling penting untuk menilai belajar siswa. Guru dapat menggunakan waktu ini untuk berkeliling kelas mengamati siswa bekerja, membuat catatan, pertanyaan siswa, dan memberikan saran Riedesel, C.A., Schwartz, J.E., dan Douglas H. C., 1996: 399. Informasi dari pengamatan kadang lebih informatif dibanding angka hasil tes Freudenthal, 1973, dalam Van den Heuvel-Panhuizen, 1996: 16. Observasi memungkinkan guru memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang perkembangan siswa, yang meliputi sikap mereka terhadap pelajaran matematika, taraf kemampuan memecahkan masalah, kekeliruan yang mereka lakukan dalam memecahkan masalah, cara mereka bekerja sama dengan teman sekelas, kebutuhan akan bantuan dalam belajar matematika, motivasi belajar, dan sebagainyaVan den Heuvel-Panhuizen, 1996:18. Dengan pengamatan guru juga dapat memperoleh pengertian mendalam tentang kecenderungan siswa terhadap matematika Robert E. Reys, dkk., 1998: 54. Mengajukan pertanyaan questioning dapat mendukung dan mengoptimalkan observasi selama pembelajaran matematika Robert E. Reys, dkk., 1998: 54. Melalui tanya-jawab dengan siswa akan mendorong mereka merefleksi apa yang telah mereka pelajari, bagaimana pemahaman mereka, kesulitan yang dihadapi, dan mengidentifikasi aspek mana yang penting untuk dinilai Tanner, H.dan Jones, S., 2000: 202.Dengan menganalisis jawaban siswa maka guru akan dapat menemukan apa dan bagaimana permasalahan siswa sehingga guru juga dapat menentukan pemberian bantuan scaffolding. Wawancara juga perlu dilakukan dalam penilaian pendidikan matematika. Wawancara dapat melengkapi data hasil pengamatan selama pembelajaran dan tanya-jawab dengan siswa Robert E. Reys, dkk., 1998: 54. Data yang diperoleh dari pengamatan merupakan hasil persepsi guru. Guru menafsirkannya berdasarkan latar belakang pengalaman yang dimiliki sehingga mungkin persepsi itu tidak sesuai kenyataan. Ada kemungkinan persepsi guru berbeda dengan yang dirasakan dan dipersepsikan siswa. Komunikasi langsung melalui wawancara juga penting dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pandangan, gagasan dan perasaan siswa tentang pembelajaran matematika. Mengamati kegiatan dan kelakuan orang saja tidak dapat mengungkapkan apa yang diamati atau dirasakan orang lain. Dengan wawancara ini guru dapat memasuki dunia pikiran dan perasaan siswa. Meskipun guru mungkin tidak memiliki waktu mewawancarai seluruh siswa,bahkan untuk satu minggu sekali, apalagi setiap hari, tetapi melakukan wawancara pada sebagian siswa tetap penting diupayakan. Beragamnya teknik penilaian yang dapat digunakan tidak berarti tes tidak boleh digunakan lagi. Sesuai dengan karakteristik dasar matematika, tes tetap menjadi salah satu cara pengumpulan data belajar matematika siswa. Namun jika tes digunakan, kualitas tes seharusnya tidak sekedar dilihat dari objektivitas dalam penskoran, tetapi lebih difokuskan perhatian pada konten dari tes tersebut De Lange, 1987a, dalam Van den Heuvel-Panhuizen, 1996: 115. Isi tes harus diarahkan pada penggalian informasi yang bervariasi dan berorientasi tingkat berpikir yang lebih tinggi dari siswa. Tes penilaian hasil belajar yang hanya berorientasi keobjektifan akan terjebak pada penggalian infomasi yang miskin. Spektrum domain belajar matematika yang luas membutuhkan tes yang lebih terbuka dan memberi kesempatan lebih luas bagi siswa menunjukkan bagian-bagian kompetensi matematis yang sudah dan belum dikuasai. Penggunaan berbagai teknik penilaian di atas menempatkan posisi guru sangat vital.Guru merupakan pusat kegiatan penilaian sekaligus bertindak sebagai instrumen penilaian human instrument. Guru bertindak sebagai perancang penilaian, menentukan sumber-sumber data, mengolah data, menganalisis data, menafsirkan data dan mengambil kesimpulan dari semua proses yang telah dijalani. Jika kembali pada paradigma kuantitatif, peran dominan guru ini dianggap merupakan ancaman terhadap objektivitas penilaian. Namun, dalam perpektif kualitatif, subjektivitas bukanlah kelemahan, melainkan potensi yang jika dapat dimanfaatkan secara optimal memungkinkan pemerolehan data lebih komprehensif dan bermakna. Peran langsung guru dalam penilaian diharapkan dapat menutup lubang data yang tidak dapat dihasilkan dengan pengukuran. Tentu saja, guru harus senantiasa meningkatkan kemampuan dan ketajaman dalam melakukan penilaian. Guru harus mampu memilih dan