Kesimpulan Saran Kesimpulan dan Saran

1. Disarankan kepada gurupraktisi agar dapat menggunakan pendekatan Problem Posing Tipe Within Solution Posing dalam pembelajaran matematika khususnya materi Persamaan Garis Lurus, karena selain membuat siswa aktif dalam belajar juga dapat mempermudah siswa memahami materi. 2. Hendaknya siswa terus berlatih membuat atau mengajukan soal-soal serta menyelesaikan soal buatan sendiri. 3. Disarankan kepada peneliti lain agar dapat mengadakan penelitian mengenai pendekatan Problem Posing Tipe Within Solution Posing dalam pembelajaran untuk materi-materi matematika yang lain. 4. Pembelajaran dengan pendekatan Problem Posing Tipe Within Solution Posing hendaknya diberikan variasi pembelajaran sehingga siswa tidak bosan. Daftar Pustaka Dimyati Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.2006 Hasibuan Moedjiono. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya. Holstein, Hermann. Murid Belajar Mandiri. Bandung: Remaja Karya CV.1990 Suharta, I.G.P. Pengembangan Strategi Problem Posing Dalam Pembelajaran Kalkulus Untuk Memperbaiki Kesalahan Konsepsi. Jurnal matematika tahun. VI. No. 2: 91-98.2000 Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.2009 Wiyono, Bambang Budi. Metodologi Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Action Research. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.2007 Suroso, Timbul. Pendekatan Problem Posing dalam Pembelajaran Aturan Sinus dan Cosinus pada Kelas X SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.2005 SIKLUS II PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PECAHAN DI KELAS V SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK Hongki Julie 1 , St. Suwarsono 2 , and Dwi Juniati 3 Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, hongkijulieyahoo.co.id; Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, stsuwarsonogmail.com; Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, dwi_juniatiyahoo.com Abstrak. Pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini, yaitu apa konteks, dan apa dampak dari konteks tersebut bagi siswa dalam proses pembentukan makna dari perkalian dua pecahan dan pengetahuan tentang bagaimana proses mencari hasil perkalian dua pecahan. Pendekatan pembelajaran yang dipergunakan dalam merancang proses pembelajaran pecahan adalah pendekatan matematika realistik. Rancangan pembelajaran dibuat untuk siswa kelas V SD. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Gravemeijer dan Cobb. Konteks yang dipergunakan untuk mengenalkan makna dari perkalian dua pecahan dan mencari hasil perkalian dua pecahan, adalah 1 membandingkan hasil pembagian roti untuk sejumlah siswa dalam dua atau lebih kelompok, 2 menganalisa jawaban siswa terhadap suatu permasalahan, 3 menentukan berapa bagian suatu arsiran dengan menggunakan representasi perkalian, dan 4 menggambarkan representasi perkalian dua pecahan. Dampak hasil eksplorasi dan penyelesaian siswa terhadap pembentukan makna dan bagaimana mencari perkalian dua pecahan, adalah 1 masalah yang dibuat peneliti dapat dimanfaatkan guru memunculkan konsep pembagian pecahan dengan bilangan bulat, cara mencari hasil pembagiannya, makna dari perkalian dua pecahan, dan cara menentukan hasil perkalian dua pecahan, dan 2 adanya kesulitan yang masih dialami siswa untuk menyatakan besarnya suatu potongan ke dalam bentuk perkalian dua pecahan, dan menggambarkan besarnya suatu potongan untuk merepresentasikan perkalian dua pecahan. Kata Kunci : pecahan, pendekatan matematika realistik, dan penelitian pengembangan.

1. Pendahuluan

Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini adalah hal-hal yang dilakukan dan diperoleh peneliti pada siklus kedua. Dari siklus pertama, peneliti memperoleh kesimpulan bahwa 1 peneliti perlu membuat lagi aktivitasmasalah yang dapat dipergunakan oleh siswa sebagai jembatan untuk membawa siswa sampai pada pengetahuan formal tentang makna dari mengalikan dua pecahan dari model yang sudah dibangun siswa; 2 siswa sudah dapat mencapai pengetahuan formal tentang bagaimana prosedur mengalikan dua pecahan; dan 3 siswa sudah dapat membangun model untuk makna perkalian dua pecahan dan mencari hasil perkalian dua pecahan dari masalah 2 di hari pertama. Menurut Lamon 2001, dalam Ayunika, 2012, pembangunan pemahaman makna dari pecahan dalam proses pembelajaran adalah sesuatu proses yang kompleks karena pecahan memiliki banyak interpretasi, yaitu pecahan sebagai 1 bagian dari keseluruhan, 2 hasil pengukuran, 3 operator, 4 quotient, dan 5 rasio. Karena itu, suatu hal yang wajar jika siswa juga akan mengalami kesulitan memahami makna dari perkalian dua pecahan. Oleh sebab itu, peneliti ingin sekali mencoba membantu mengatasi kesulitan siswa untuk membentuk pemahaman tentang makna perkalian dari dua pecahan dan bagaimana menentukan hasil perkalian dua pecahan dengan merancang beberapa masalah yang perlu diselesaikan oleh siswa. Harapannya, adanya beberapa masalah tersebut dapat membantu siswa untuk membangun pengetahuan formal matematika tentang makna dari perkalian dua pecahan, dan mencari hasil perkalian dua pecahan. Menurut Widjaja 2013, masalah kontekstual berpotensi untuk melibatkan dan memotivasi siswa, tetapi juga akan menimbulkan tantangan bagi siswa. Menurut Widjaja 2013 pula, masalah-masalah kontekstual tidak dengan sendirinya akan menciptakan suatu pembelajaran yang bermakna bagi siswa, tetapi diperlukan guru yang mampu mengikutsertakan siswa dalam menginterpretasikan masalah agar siswa dapat mengeksplorasi ide-ide kunci yang bersifat matematis yang ada di dalam masalah kontekstual tersebut. Pertanyaan yang akan dicoba untuk dijawab dalam penelitian ini, yaitu apa konteks, dan apa dampak dari konteks tersebut bagi siswa dalam proses pembentukan makna dari perkalian dua pecahan dan pengetahuan tentang bagaimana proses mencari hasil perkalian dua pecahan.

2. Pendidikan Matematika Realistik PMR

Filosofi dasar dari PMR adalah matematika sebagai aktivitas manusia, artinya matematika dalam pembelajaran dihubungkan dengan matematika sebagai suatu kegiatan manusia Freudenthal, 1971, 1973 dalam Gravemeijer, 1994. Dengan kata lain, belajar matematika seharusnya dapat membuat siswa berpandangan bahwa matematika ada di dalam kegiatan manusia dan dapat digunakan dalam kehidupan nyata yang dijalani oleh manusia. Ada empat prinsip utama di dalam PMR Julie, H., 2013, yaitu: a. Menemukan kembali secara terbimbing; b. Proses penemuan kembali dilakukan secara berkelanjutan; c. Eksplorasi terhadap serangkaian fenomena; d. Ada model yang dibuat oleh siswa.

3. Penelitian Pengembangan

Menurut Gravemeijer dan Cobb dalam Akker, Gravemeijer, McKeney, dan Nieveen, 2006 ada 3 fase dalam penelitian pengembangan, yaitu a. Fase pertama: persiapan uji coba desain. b. Fase Kedua: uji coba desain. c. Fase ketiga : analisis retrospektif.