Kualitas Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Penemuan

Validator memberikan validasi terhadap tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematika dua kategori yaitu validitas isi serta bahasa dan penulisan soal. Jumlah soal yang divalidasi ada 10 soal yang telah valid dari perhitungan menggunakan uji korelasi produk momen Pearson. Hasil validasi kelayakan tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematika dari validator menunjukkan validasi untuk komponen validitas isi terdapat 8 soal sudah valid dan 2 soal cukup valid untuk penilaian validator 1, dan untuk validator 2 terdapat 8 soal sudah valid dan 2 soal yang cukup valid. Untuk komponen bahasa dan penulisan soal, hasil penilaian validator 1 adalah 8 soal dengan kategori sangat dapat dipahami, dan 2 soal dengan kategori dapat dipahami. Sedangkan untuk hasil validasi oleh validator 2 terdapat 9 soal dengan kategori sangat dapat dipahami dan 1 soal dengan kategori dapat dipahami. Banyak soal kemampuan pemecahan masalah matematika yang divalidasi ada 10 soal yang telah valid dari perhitungan menggunakan uji korelasi produk momen Pearson. Hasil validasi kelayakan tes kemampuan pemecaan masalah matematika yang terdiri dari 10 soal menunjukkan validasi untuk komponen validitas isi terdapat 8 soal sudah valid dan 2 soal cukup valid untuk penilaian validator 1, dan untuk validator 2 terdapat 8 soal sudah valid dan 2 soal yang cukup valid. Untuk komponen bahasa dan penulisan soal, hasil penilaian validator 1 adalah 8 soal dengan kategori sangat dapat dipahami, dan 2 soal dengan kategori dapat dipahami. Sedangkan untuk hasil validasi oleh validator 2 terdapat 8 soal dengan kategori sangat dapat dipahami dan 2 soal dengan kategori dapat dipahami.

4.2. Hasil Implementasi Perangkat Pembelajaran dengan Menggunakan Model

Penemuan Terbimbing Menggunakan Tugas Superitem Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Keterlaksanaan RPP dilihat dari kegiatan guru dalam pengelolaan pembelajaran selama kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing diamati oleh dua orang pengamat. Pengamat tersebut menilai dan memberikan skor setiap aspek dari keterlaksanaan RPP dalam kegiatan pembelajaran. Skor yang diberikan pengamat dianalisis untuk menentukan reliabilitas dan skor rata-rata dari setiap aspek keterlaksanaan RPP dalam kegiatan pembelajaran. Hasil analisis data pengamatan keterlaksanaan RPP dalam pengelolaan pembelajaran penemuan terbimbing menunjukkan bahwa skor rata-rata rencana pelaksanaan pembelajaran dalam kategori baik dan sangat baik dan terjadi peningkatan dari RPP 01 sampai RPP 07. Hal ini diakibatkan karena setiap selesai pelajaran guru berkonsultasi dengan pengamat untuk mencari kekurangan-kekurangan yang terjadi selama pembelajaran, dan mencari solusi terhadap kekurangan tersebut. Dalam pengelolaan pembelajaran pada ujicoba terlihat, bahwa semua fase pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru rata-rata dalam kategori sangat baik. Dengan demikian secara kuantitatif, dapat dikatakan tidak ada pengaruh negatif dari keterlaksanaan RPP dalam model penemuan terbimbing. Penilaian keterlaksanaan RPP dalam pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing pada ujicoba diperoleh koefisien reliabilitas rata-rata instrumen pengamatan keterlaksanaan RPP dalam pengelolaan pembelajaran pada tujuh RPP lebih besar dari ketentuan Borich 1994 yang memberikan batasan reliabilitas 75 untuk kategori baik, sehingga instrumen keterlaksanaan RPP dalam pengelolaan pembelajaran termasuk kategori baik dan sangat baik. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Aktivitas keterampilan siswa selama pembelajaran menunjukkan bahwa aktivitas siswa lebih banyak melakukan kerjasama dan diskusi sesama teman kelompok. Selain itu siswa juga sangat menghargai perbedaan pendapat dalam memilih dan menerapkan strategi menyelesaikan masalah. Dari hasil pengamatan dalam proses pembelajaran aktivitas siswa yang kurang adalah kedisplinan siswa serta keaktifan dalam partisipasi baik dalam bertanya maupun mengemukakan pendapat. Berdasarkan temuan ini, maka harapan kedepan adalah melatih siswa untuk lebih memberanikan diri dalam mengekspresikan pendapat, ide maupun tanggapan. Namun dibalik kekurangan itu, sesuai hasil analisis menunjukkan bahwa telah terjadi interaksi dalam proses pembelajaran serta sikap toleransi yang ditunjukkan siswa untuk saling menghargai pendapat teman-temanya. Hal ini bermakna bahwa dalam proses pembelajaran guru tidak menjadi sumber pengetahuan tetapi lebih bersifat sebagai fasilitator, sedangkan siswa lebih banyak menemukan sendiri hasil belajarnya. Sesuai hasil analisis tersebut di atas menunjukkan bahwa guru dan siswa terjadi interaksi dalam proses pembelajaran. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa guru tidak menjadi sumber pengetahuan tetapi lebih bersifat sebagai fasilitator, sedangkan siswa lebih banyak menemukan sendiri hasil belajarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Kemp 1994: 140 bahwa interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa terjadi melalui tanya jawab, diskusi, kegiatan pengamatan dalam kelompok, menyelesaikan tugas kelompok, dan melaporkannya. Hal ini didukung juga pendapat Isjoni bahwa ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif adalah: 1 setiap anggota memiliki peran, 2 terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, 3 setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, 4 guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan 5 guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Selain persentase aktivitas guru dan siswa, juga diperoleh hasil perhitungan reliabilitas instrumen aktivitas guru dan siswa adalah baik.

4.3. Efektifitas Perangkat pembelajaran terhadap Pengembangan Kemampuan

Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika a. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Penemuan terbimbing dalam Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa