Bahan Ajar Matematika Kajian Pustaka

ajar yang disusun hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa, yaitu sesuai dengan tingkat berpikir, minat, latar sosial budaya di mana siswa itu berada. d. Memiliki bahasa dan tingkat keterbacaan yang baik Bahasa adalah sarana penyampaian dan penyajian bahan ajar, seperti kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana. Keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa bagi siswa. e. Penyajian format dan fisik bahan ajar yang menarik Meliputi ukuran buku, jenis kertas, cetakan, ukuran huruf,warna, dan ilustrasi, yang membuat siswa menyenangi buku yang dikemas dengan baik dan akhirnya juga meminati untuk membacanya. Berdasarkan jenisnya, bahan ajar dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain: a. Bahan ajar visual, yaitu bahan ajar yang penggunaannya dengan indra pengelihatan. Terdiri atas bahan cetak printed seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, fotogambar, dan non cetak non printed, seperti modelmaket. b. Bahan ajar audio, yaitu bahan ajar yang penggunaanya menggunakan indra pendengaran, yaitu ditangkap dalam bentuk suara. Contohnya seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio c. Bahan ajar audio visual, yaitu bahan ajar yang dapat ditangkap dengan indra pendengaran dan indra pengelihatan. Contohnya seperti video compact disk, film. d. Bahan ajar multimedia interaktif interactive teaching material seperti CAI Computer Assisted Instruction, compact disk CD multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web web based learning materials. Bahan ajar matematika Kurikulum 2013 yang disiapkan oleh pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud adalah bahan ajar berbentuk visual yaitu bahan ajar yang penggunaannya menggunakan indra pengelihatan. Bahan ajar tersebut berbentuk buku teks, yang terdiri dari buku teks pegangan guru dan buku teks untuk pegangan siswa.

2.2. Literasi Matematika Siswa SMP

Secara sederhana, literasi berarti kemampuan membaca dan menulis atau melek aksara. Dalam konteks sekarang, literasi memiliki arti yang sangat luas. Literasi bisa berarti melek teknologi, politik, berpikiran kritis, dan peka terhadap lingkungan sekitar. Kirsch dan Jungeblut dalam buku Literacy: Profile of America’s Young Adult mendefinisikan literasi kontemporer sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan informasi tertulis atau cetak untuk mengembangkan pengetahuan sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat. Lebih jauh, seorang baru bisa dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena membaca dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahaman bacaannya . Apabila literasi dihubungkan dengan mata pelajaran matematika, maka muncul suatu defenisi tentang literasi matematika. Definisi literasi matematika menurut draft assessment framework PISA 2012: Mathematical literacy is an individual’s capacity to formulate, employ,and interpret mathematics in a variety of contexts. It includes reasoningmathematically and using mathematical concepts, procedures, facts, andtools to describe, explain, and predict phenomena. It assists individuals torecognise the role that mathematics plays in the world and to make thewell-founded judgments and decisions needed by constructive, engaged and reflective citizens. Berdasarkan definisi tersebut, literasi matematika diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk merumuskan, menerapkan dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, termasuk kemampuan melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, dan fakta untuk menggambarkan, menjelaskan atau memperkirakan fenomenakejadian. Literasi matematika membantu seseorang untuk memahami peran atau kegunaan matematika di dalam kehidupan sehari-hari sekaligus menggunakannya untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat sebagai warga negara yang membangun, peduli dan berpikir. Literasi matematika merupakan sebuah proses yang bertumbuh pada saat seseorang belajar matematika. Seorang anak yang berpartisipasi dalam pendidikan matematika sekolah akan menumbuhkembangkan kemampuan literasi matematikanya. Ini berarti bahwa proses pendidikan matematika sekolah, seperti kegiatan belajar-mengajar di kelas, harus dipandang sebagai suatu perjalanan. Siswa-siswi dan guru harus bersama-sama sadar bahwa literasi matematika bukan merupakan tujuan akhir. Tetapi, justru siswa-siswi dan guru sebagai pelaku utama proses pendidikan perlu memandang literasi matematika sebagai sebuah upaya bersama guna meningkatkan kompetensi-kompetensi di atas secara berkelanjutan. Ini berarti bahwa proses peningkatan literasi matematika secara berkelanjutan itu adalah tujuan utama kita belajar matematika.

2.3. Telaah Bahan Ajar Matematika

Kata „telaah‟ berarti penyelidikan, kajian, pemeriksaan, penelitian. Menelaah bahan ajar matematika adalah kegiatan penyelidikan, pengkajian, pemeriksaan dan penelitian terhadap bahan ajar matematika yang berisikan sumber pelajaran berbentuk buku teks sesuai dengan standar dan kualifikasi yang relevan. Telaah bahan ajar matematika diperlukan untuk melihat isi dari materi yang akan diajarkan kepada siswa, sehingga siswa mampu memahami bahan ajar tersebut. Buku teks yang baik harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan seperti yang diungkapkan oleh Greene dan Petty dalam Tarigan 1986:86 yaitu “sudut pandang point of view, kejelasan konsep, relevan dengan kurikulum, menarik minat, menumbuhkan motivasi, menstimuli aktivitas siswa,ilustratif, komunikatif, menunjang mata pelajaran lain, menghargai perbedaan individu ”. Berdasarkan kriteria-kriteria buku teks yang baik tersebut,penulis dapat melakukan penelaahan atau pengkajian terhadap buku teks matematika kurikuum 2013 yang diterbitkan oleh Kemendikbud sebagai bagian dari implementasi Kurikulum 2013.