Hasil Penelitian Siklus II

Hasil evaluasi pada siklus II menunjukkan bahwa persentase siswa yang mendapat nilai maksimal 70 adalah 90,47 lebih besar dari 80 yang terdiri dari 19 orang. Ini berarti bahwa indikator penelitian telah menunjukkan tercapainya ketuntasan belajar. Namun demikian, masih terdapat 2 dua siswa yang hanya mampu menyerap 60 dan 63 . Maka siswa tersebut perlu mendapatkan bimbingan secara individual atau memberikan soal untuk dikerjakan sebagai latihan sehingga siswa tersebut benar-benar tuntas dalam belajar. Pada tahapan ini peneliti melakukan konsultasi dengan observer atas tindakan yang telah diberikan kepada siswa, dengan membandingkan hasil evaluasi pada siklus I. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi Siklus II, guru lebih maksimal lagi untuk membimbing siswa yang membutuhkan bimbingan pada saat mengerjakan LKS terstruktur. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa No Uraian Siklus I Siklus II 1. Nilai tertinggi 93 98 2. Nilai terendah 43 60 3. Nilai rata-rata 77,53 82,06 4. Jumlah peserta tes 21 21 5. Jumlah siswa yang tuntas 16 19 6. Jumlah siswa yang tidak tuntas 5 2 7. Persentase siswa yang tuntas 76,19 90,47 8. Persentase siswa tidak tuntas 23,81 9,52 Berdasarkan tabel 4 di atas, diketahui bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Ini terlihat dengan jelas pada tabel bahwa nilai rata-rata pada Siklus I dan II mengalami peningkatan yaitu Siklus I sebanyak 77,53 dan Siklus II sebanyak 82,06. Kemudian nilai terendah siswa juga mengalami peningkatan pada tiap-tiap siklus. Siklus I nilai terendahnya 43 dan Siklus II nilai terendahnya 60. Untuk lebih jelasnya, gambaran peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa tersebut terlihat pada Bagan 2 berikut ini. Bagan 2. Diagram Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Proses pembelajaran dalam penelitian ini telah dilaksanakan secara bertahap dari siklus I sampai dengan siklus II. Dengan penggunaan LKS terstruktur pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka siswa lebih aktif dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. Dan hasil evaluasi kemampuan berpikir kritis matematis siswa mengalami peningkatan, karena melalui penggunaan LKS terstruktur siswa akan termotivasi untuk menemukan sendiri konsep matematika dan siswa diberikan bimbingan. Selain itu, siswa juga dilatih untuk berpikir lebih terstruktur atau sistematis. Pembelajaran pada siklus I terlihat bahwa presentase ketuntasan pembelajaran siswa yang mendapatkan nilai 70 adalah 76,19 , hal ini berarti indikator penelitian yang mensyaratkan 80 belum tercapai. Sesuai dengan komentar observer pada siklus I mengatakan bahwa “pemanfaatan waktu diusahakan supaya efektif dan efisien agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, siswa harus selalu dibimbing dalam mengerjakan tugaslatihanLKS pada saat pembelajaran kooperatif tipe jigsaw agar tercipta suasana belajar mengajar yang baik”. Sedangkan pembelajaran pada siklus II terlihat bahwa presentase ketuntasan pembelajaran siswa yang mendapatkan nilai minimal 70 adalah 90,47 berarti bahwa indikator penelitian yang mensyaratkan 80 telah tercapai dan terdapat peningkatan dari siklus I. Sesuai dengan komentar observer pada siklus II yang mengatakan bahwa siswa telah diefektifkan dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, setelah selesai pembahasan materi, siswa diberikan umpan balik agar materi yang diberikan benar-benar dipahami. Data hasil observasi mulai dari siklus I sampai dengan siklus II guru dan siswa telah melakukan tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan tingkat ketuntasan dari masing-masing siklus. Sebab dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menggunakan LKS terstruktur siswa dituntut untuk selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Adapun hambatan yang dialami dalam penelitian pada saat pembelajaran menggunakan LKS terstruktur adalah kurangnya sarana penunjang praktik untuk setiap siswa sehingga harus antri dalam mencoba melaksanakan langkah-langkah kegiatan sesuai petunjuk dalam LKS terstruktur akibatnya terkadang melewati waktu yang ditetapkan.

5. Simpulan dan Saran

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa penggunaan LKS terstruktur pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa, dengan presentase ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus adalah 76,19 pada siklus I dan 90,47 pada siklus II. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan dan tercapainya ketuntasan belajar yang diharapkan.

5.2 Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut: 1 Hendaklah diusahakan dalam setiap pembelajaran kooperatif tipe jigsaw matematika khususnya dalam penanaman konsep awal pada indikator siswa diberikan permasalahan yang harus diselesaikandijawab yang tertuang dalam LKS terstruktur. 2 Dalam memilih metode pembelajaran hendaknya guru memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan kemampuan berpikir kritis matematis belajar siswa. Daftar Pustaka Afgani, D. J. 2011. Materi Pokok Analisis Kurikulum Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2011. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. BSNP. 2012. Hasil Analisis Data UN Tahun Pelajaran 20112012 Perangkat Lunak Komputer. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan. Ghufron, A., Sutama. 2011. Materi Pokok Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka. Learning, B. 2010. Lembar Kerja Siswa LKS Terstruktur. Diambil 25 September 2012, dari situs World Wide Web http:matematikablend ed learning.blogspot.com 201011lembar-kerja- siswa-lks-terstruktur.html Mayadiana, S. D. 2009. Suatu Alternatif Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis Matematika. Jakarta: Cakrawala Maha Karya. Rosnawati, R. 2012. Berpikir Kritis melalui Pembelajaran Matematika untuk mendukung Pembentukan Karakter Siswa. Diambil 16 April 2013, dari situs World Wide Web staff.uny.ac.id.... makalah_an_Rosnawati_UNY_29_Juni_2012_apload.pdf. Ruseffendi, H. E. T. 2010. Materi Pokok Perkembangan Pendidikan Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka. Sutawidjaja, A., Afgani, D. J. 2011. Materi Pokok Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka. Syaiful, H. F. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning. Diambil 18 Oktober 2012, dari situs World Wide Web http:syaifulhijrah.blogspot.com 201004model- pembelajaran-kooperatif. html Tim Penyusun. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.