Benda Semi konkrit Kerangka Teoritis

Belajar matematika dengan tahapan seperti di atas menurut Piaget 1980 termasuk dalam tahap Praoperasional yaitu usia 2-6 tahun, karena anak sudah dapat melakukan tingkat permulaan, anak dapat melihat pandangan orang lain atau dapat melakukan tindakan atas operasi. Akan tetapi pada tahap ini tidak menutup kemungkinan dipengaruhi oleh tahap- tahap sebelumnya, sesuai dengan Teori Piaget bahwa terdapat keterkaitan antara umur dan tahap-tahap, yang berarti anak bergerak melewati tahap-tahap tertentu sebelum mencapai tahap berikutnya. Perkembangan matematika juga berjalan melalui tahap-tahap dalam dalam periode tertentu sehingga pada setiap tahap terbentuk sedikit pengetahuan lalu membangun skema sehingga mengakibatkan perubahan struktural mental. Menurut Piaget 1964 dalam Slamet Suyanto 2005 bahwa anak secara aktif mengonstruksi pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya. Berdasarkan hasil interaksinya anak mengembangkan skema, yaitu memori atau gambaran anak tentang sesuatu. Ada dua ciri tipe skema yaitu figuratif dan operatif. Skema figuratif adalah skema tentang ciri benda, seperti bentuk, warna dan tekstur yang secara langsung dapat dilihat atau diraba bendanya. Sedangkan skema operatif adalah skema tentang hal-hal yang tidak dapat dilihat langsung dari bendanya, tetapi harus dilakukan dengan proses berfikir. Berdasarkan uraian di atas maka anak usia sekolah dasar sudah mulai mampu mengenal benda-benda konkrit dan semi konkrit sejak dini bahkan sebelum usia sekolah sudah mengerti tentang banyak dan sedikitnya benda-benda tersebut, serta dapat mengenali perubahan dalam banyaknya benda.

1.7 Pembelajaran Operasi Hitung Matematika

1.7.1 Pembelajaran Matematika

Menurut Sri Rumini, dkk 1995, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Pembelajaran di kelas menjadi lebih efektif bila diperhatikan perbedaan individu dan faktor- faktor yang mempengaruhi belajar, pemberian lingkungan belajar yang kondusif akan sangat membantu tercapainya proses pembelajaran. Penggunaan alat belajar dalam hal ini media pembelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan pada siswa. Pengkaitan proses pembelajaran dengan kejadian di sekitar siswa akan memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan berguna bagi siswa dalam membantu mengenali gejala-gejala alam dan memecahkan persoalan hidup sehari-hari. Matematika memiliki ciri-ciri penting yaitu 1 memiliki objek kejadian yang abstrak dan 2 berpola pikir deduktif dan konsisten Depdikbud, 1993. Oleh karena itu, untuk mempelajari matematika memerlukan kemampuan belajar abstrak, yaitu belajar yang menggunakan cara berfikir abstrak guna memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah yang tidak nyata sehingga hal ini diperlukan kemampuan berfikir yang kuat serta penguasaan atas konsep, prinsip, dan generalisasi Muhibbin Syah, 1995. Sifat dari matematika yang abstrak sering menimbulkan kesulitan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat J. Wullur 1971 dalam Tim MKPBM. 2001, bahwa berhitung matematika mengandung beberapa aspek kesukaran dan yang penting dalam berhitung adalah kesanggupan mengabstraksi.

1.7.2 Operasi Hitung Matematika

Dalam matematika operasi diartikan sebagai “pengerjaan”. Pada dasarnya operasi hitung mencakup 4 pengerjaan dasar yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian ST Negoro dan B Harahap, 1998. Penjumlahan merupakan operasi hitung yang pertamakali diajarkan kepada anak-anak. Penjumlahan dapat diterangkan dengan penggabungan himpunan-himpunan. Jika pada suatu penjumlahan diketahui jumlahnya dan salah satu sukunya, maka penjumlahan ditulis: a + … = c atau … + a = c. Suku a adalah salah satu suku yang diketahui, sedangkan suku c adalah jumlahnya. Mencari suku yang belum diketahui merupakan suatu operasi, dan operasi itu disebut pengurangan ST Negoro dan B Harahap, 1998. Hubungan antara penjumlahan dan pengurangan menurut ST Negoro dan B Harahap 1998, yaitu pengurangan diartikan sebagai pengerjaan mencari suku yang tidak diketahui. Apabila kita mengetahui jumlah dan salah satu suku dari penjumlahan itu, maka mencari suku yang lain dilakukan dengan pengurangan. Contoh: 2 + … = 3 sama dengan artinya 3 – 2 = …. Operasi pengurangan merupakan kebalikan operasi penjumlahan. Jika suatu operasi penjumlahan diketahui jumlahnya dan salah satu sukunya maka penyelesaiannya dapat dilakukan dengan operasi pengurangan, contohnya 5 + … = 9 dapat diselesaikan dengan 9 – 5 = … Firmanawaty Sutan, 2003.

1.8 Media Pembelajaran

Gerlach dan Ely seperti yang dikutip oleh Azhar Arsyad 2002 menyatakan bahwa media adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara umum media diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat terjadi Arief S. Sadiman, Rahardjo, Anung Haryono dan Rahardjito, 2002. Azhar Arsyad 2002 mengemukakan ciri –ciri umum yang terkandung dalam pengertian media, yaitu: