Penggunaan Model yang Menjembatani dengan Instrumen Vertikal

Gambar 3. Modifikasi Tingkat Model dalam PMRI Gravemeijer 1994 [7]. Keempat tingkat model dalam PMRI juga dapat digambarkan dalam ice berg di bawah ini. Gambar 4.Modifikasi Ice berg Gravemeijer 1994 [7] Sebagai contoh dari Gravemeijer 1994 [7], pada tingkat pertama siswa disuruh membagikan permen. Tingkat kedua siswa disuruh menyajikan pembagian permen tersebut dalam bentuk tertulis dan pembagian dimodelkan dengan pensil dan buku. Tingkat ketiga siswa ke arah strategi dari sudut pandang matematika. Siswa hanya berurusan dengan angka-angka tanpa memikirkan situasi. Tingkat keempat terdiri dari algoritma yang ditulis standar. Contoh ini menunjukkan bagaimana model dikembangkan sendiri oleh siswa yang berfungsi untuk menjembatani kesenjangan antara pengetahuan informal dan formal.

3. Adanya Kreasi dan Konstribusi Siswa

Siswa harus diminta membuat hal-hal konkret. Dengan membuat “produksi bebas”, atau siswa dipaksa merefleksikan proses belajar mereka. Menurut Streefland 1991 [7], siswa menunjukkan inisiatif yang lebih besar ketika mereka didorong untuk membangun dan menghasilkan solusi mereka sendiri.

4. Interaktivitas

Interaksi antar siswa dan antara siswa dan guru merupakan bagian penting dalam proses instruksional PMRI. Eksplisit negosiasi, intervensi, diskusi, kerjasama, dan evaluasi merupakan elemen penting dalam proses pembelajaran konstruktif di mana metode informal siswa digunakan sebagai kendaraan mencapai metode formal. Dalam instruksi interaktif, siswa terlibat menjelaskan, membenarkan, setuju, tidak setuju, mempertanyakan alternatif atau refleksi. Inilah bagian dari kegiatan yang dapat mengaktifkan siswa untuk kurang tergantung pada guru untuk memberi tahu mereka apakah meraka salah atau benar. Di sini juga para siswa menemukan kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan kepercayaan matematika.

5. Keterkaitan dengan Berbagai Topik Matematika

Dalam PMRI, integrasi topik matematika sangat penting. Hal ini sering disebut pendekatan holistik, yang menggabungkan aplikasi animasi, dan menyiratkan bahwa topik belajar tidak harus ditangani dengan entitas yang terpisah dan berbeda. Sebaliknya jalinan berbagai topik belajar matematika dimanfaatkan dalam memecahkan masalah kehidupan nyata. Kelima karakteristik PMRI digunakan sebagai pedoman dalam merancang bahanmateri kurikulum.

3. Kesimpulan Dan Saran

3.1. Kesimpulan 1. Pendekatan PMRI sejalan dengan pendekatan saintifik. 2. Pembelajaran dalam pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI dimulai dengan masalah konteks atau situasi yang nyata bagi siswa atau dapat dibayangkan oleh siswa. 3. Dalam pendekatan PMRI, masalah konteks atau situasi yang nyata bagi siswa atau dapat dibayangkan oleh siswa digunakan sebagai pondasi dalam membangun konsep matematika. 4. Penemuan kembali konsep matematika melalui proses matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal terhadap suatu masalah konteks atau situasi yang nyata bagi siswa atau dapat dibayangkan oleh siswa. 5. Matematisasi ialah proses mematematikakan suatu masalah konteks atau situasi yang nyata bagi siswa atau dapat dibayangkan oleh siswa 6. Tingkat-tingkat penemuan kembali konsep Matematika dianalogikan dalam gambar ice berg atau fenomena gunung es. 7. Pembelajaran matematika yang memenuhi lima karakteristik dan tiga prinsip PMRI dikatakan sebagai pembelajaran dengan pendekatan PMRI. 3.2. Saran 1. Guru matematika hendaknya mengetahui dan memahami tentang pendekatan PMRI. 2. Guru matematika hendaknya menggunakan pendekatan PMRI dalam melaksanakan kurikulum 2013. 3. Desain atau pengembangan materi atau bahan ajar pembelajaran matematika hendaknya menggunakan pendekatan PMRI. 4. Desain atau pengembangan materi atau bahan ajar pembelajaran matematika menggunakan pendekatan PMRI hendaknya membimbing siswa menemukan kembali atau memahami suatu konsep matematika. Daftar Pustaka Hadi, S. 2005. Pendekatan Matematika Realistik. Banjarmasin: Tulip. Ilma, R Zulkardi 2006. Mendesain Sendiri Soal Kontekstual Matematika. Diambil dari http:eprints.unsri.ac.id6101mendesain_sendiri_soal_kontekstual.pdf pada tanggal 24 Mei 2013. Ilma, R Zulkardi. 2010. Pengembangan Blog Support Untuk Membantu Siswa dan Guru Matematika Indonesia Belajar Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI. Diambil dari http:eprints.unsri.ac.id5401Prof.Dr.Zulkardi__Dr.Ratuilma_di_JIPP-Balitbang.pdf pada tanggal 1 Juni 2013. Kemdikbud. 2012. Membeli Masa Depan dengan Harga Sekarang. Diambil dari http:118.98.223.68kemdikbudJumpa-Pers-Kemdikbud-Akhir-Tahun-2012.pdf pada tanggal 6 Juni 2013. Kemdikbud. 2013. Majalah Dikbud Edisi 1 Tahun IV Januari 2013. Diambil dari http:118.98.223.68kemdikbudmajalahMAJALAH-DIKBUD-1-TAHUN-2013.pdf pada tanggal 9 Juni 2013. Wijaya, A. 2012. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu. Zulkardi. 2002. Developing a Learning Environment on Realistic Mathematics Education for Indonesian Student Teachers. Diambil dari http:doc.utwente.nl587181thesis_Zulkardi.pdf pada tanggal 11 Juni 2013. Zulkardi. 2013. Design Research: Why, how, and what? Some examples from personal experiences. Diambil dari http:tiwisitemath.files.wordpress.com201306140320056-designresearch- zulkardi-sea-dr-2013-unsri-130428004501-phpapp01.pdf pada tanggal 5 Oktober 2013.