Implementasi Pendekatan Kualitatif Artikel Sendimat P4TK Matematika | Info Ops prosiding sendimat

dengan siswa akan mendorong mereka merefleksi apa yang telah mereka pelajari, bagaimana pemahaman mereka, kesulitan yang dihadapi, dan mengidentifikasi aspek mana yang penting untuk dinilai Tanner, H.dan Jones, S., 2000: 202.Dengan menganalisis jawaban siswa maka guru akan dapat menemukan apa dan bagaimana permasalahan siswa sehingga guru juga dapat menentukan pemberian bantuan scaffolding. Wawancara juga perlu dilakukan dalam penilaian pendidikan matematika. Wawancara dapat melengkapi data hasil pengamatan selama pembelajaran dan tanya-jawab dengan siswa Robert E. Reys, dkk., 1998: 54. Data yang diperoleh dari pengamatan merupakan hasil persepsi guru. Guru menafsirkannya berdasarkan latar belakang pengalaman yang dimiliki sehingga mungkin persepsi itu tidak sesuai kenyataan. Ada kemungkinan persepsi guru berbeda dengan yang dirasakan dan dipersepsikan siswa. Komunikasi langsung melalui wawancara juga penting dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pandangan, gagasan dan perasaan siswa tentang pembelajaran matematika. Mengamati kegiatan dan kelakuan orang saja tidak dapat mengungkapkan apa yang diamati atau dirasakan orang lain. Dengan wawancara ini guru dapat memasuki dunia pikiran dan perasaan siswa. Meskipun guru mungkin tidak memiliki waktu mewawancarai seluruh siswa,bahkan untuk satu minggu sekali, apalagi setiap hari, tetapi melakukan wawancara pada sebagian siswa tetap penting diupayakan. Beragamnya teknik penilaian yang dapat digunakan tidak berarti tes tidak boleh digunakan lagi. Sesuai dengan karakteristik dasar matematika, tes tetap menjadi salah satu cara pengumpulan data belajar matematika siswa. Namun jika tes digunakan, kualitas tes seharusnya tidak sekedar dilihat dari objektivitas dalam penskoran, tetapi lebih difokuskan perhatian pada konten dari tes tersebut De Lange, 1987a, dalam Van den Heuvel-Panhuizen, 1996: 115. Isi tes harus diarahkan pada penggalian informasi yang bervariasi dan berorientasi tingkat berpikir yang lebih tinggi dari siswa. Tes penilaian hasil belajar yang hanya berorientasi keobjektifan akan terjebak pada penggalian infomasi yang miskin. Spektrum domain belajar matematika yang luas membutuhkan tes yang lebih terbuka dan memberi kesempatan lebih luas bagi siswa menunjukkan bagian-bagian kompetensi matematis yang sudah dan belum dikuasai. Penggunaan berbagai teknik penilaian di atas menempatkan posisi guru sangat vital.Guru merupakan pusat kegiatan penilaian sekaligus bertindak sebagai instrumen penilaian human instrument. Guru bertindak sebagai perancang penilaian, menentukan sumber-sumber data, mengolah data, menganalisis data, menafsirkan data dan mengambil kesimpulan dari semua proses yang telah dijalani. Jika kembali pada paradigma kuantitatif, peran dominan guru ini dianggap merupakan ancaman terhadap objektivitas penilaian. Namun, dalam perpektif kualitatif, subjektivitas bukanlah kelemahan, melainkan potensi yang jika dapat dimanfaatkan secara optimal memungkinkan pemerolehan data lebih komprehensif dan bermakna. Peran langsung guru dalam penilaian diharapkan dapat menutup lubang data yang tidak dapat dihasilkan dengan pengukuran. Tentu saja, guru harus senantiasa meningkatkan kemampuan dan ketajaman dalam melakukan penilaian. Guru harus mampu memilih dan meramu berbagai teknik penilaian sesuai dengan aspek belajar matematika yang akan dinilai. Hal ini membutuhkan kreativitas dan kejelian guru dalam mengambil keputusan. Dengan pendekatan kualitatif, penilaianjuga tidak harus terjebak selalu menggunakan cara- cara dan pendekatan formal. Seperti orang tua melakukan penilaian terhadap anaknya, penilaian dilakukan secara informal, simulatan, dan berkesinambungan. Orang tua tidak menggunakan pendekatan formal, tetapi dengan cara yang langsung dan spontan. Faktanya, cara dan pendekatan tersebut terbukti sangat mempengaruhi cara anak bereaksi dan mengadaptasikannya dalam kehidupan. Selama ini cara dan gaya penilaian tersebut terkesampingkan karena berbagai alasan. Tetapi, bukti nyata efektifitasnya dalam mendukung perkembangan anak secara utuh perlu menjadi perhatian dan inspirasi implementasinya dalam pembelajaran matematika bermakna.

6. Kesimpulan

6.1. Kurikulum 2013 membawa perubahan paradigma pendidikan matematika menuju terwujudnya pembelajaran matematika yang lebih bermakna. Sistem penilaian yang merupakan bagian integral pendidikan matematika mutlak disesuaikan agar pembaharuan pendidikan matematika tersebut benar-benar dapat memberikan hasil yang lebih baik. Paradigma kualitatif merupakan alternatif pendekatan baru penilaian pendidikan matematika yang dapat melengkapi sistem penilaian yang selama ini cenderung didominasi paradigma kuantitatif. Penerapan pendekatan kualitatif dalam pendidikan matematika memberikan peluang bagi pemerolehan informasi proses dan hasil belajar matematika siswa yang lebih utuh dan mendalam. 6.2. Penilaian dengan pendekatan kualitatif dalam pendidikan matematika merupakan kegiatan memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar matematika siswa secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Tes tidak lagi menjadi satu- satunya teknik penilaian. Teknik penilaian lain, misal observasi, wawancara, atau mengajukan pertanyaan, juga perlu digunakan. Dalam pendekatan kualitatif, tes yang digunakan tidak sekedar dilihat dari objektivitas dalam penskoran, tetapi lebih diarahkan pada penggalian informasi yang bervariasi dan berorientasi tingkat berpikir yang lebih tinggi dari siswa. Dengan demikian, instrumen yang digunakan tidak sekedar soal-soal tes, tetapi juga instrumen lain, misal: lembar pengamatan, pedoman wawancara, bahkan guru sebagai instrumen. Dalam pendekatan kualitatif, penilaian juga tidak harus terjebak selalu menggunakan cara dan pendekatan formal. Penilaian secara informal, yang dilakukan guru selama pembelajaran, dengan pertanyaan- pertanyaan spontal, komentar-komentar tanggapan guru terhadap kirnerja siswa, yang dilakukan secara simultan dan berkelanjutan juga merupakan bagian integral dalam penilaian pembelajaran matematika. Daftar Pustaka Djemari Mardhapi. 2008. Teknik penyusunan instrumen tes dan nontes. Jogyakarta: Mitra Cendikia Offset. Marks, J. M. dkk. 1975. Teashing Elementary school mathematics for understanding. United States of America: McGraw-Hill, Inc. Mercer. 1989. Teaching students with learning problems. United States of America: Merrill Publishing Company. Purwanto. 2009. Evaluasi hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Riedesel, A.C., Schwartz, J.E. Clements, D.H. 1996. Teaching elementary school mathematics. United States of America: Allyn Bacon. Robert E. Reys, dkk. 1998. Helping children learn mathematics. United States of America: Allyn Bacon. Sumadi Suryabrata, 1998. Pengembangan alat ukur psikologis. Yogyakarta: Andi Offset. Sumaryanta. 2009. Pembelajaran terintegrasi: Menjadikan pendidikan matematika lebih bermakna. Makalah disampaikan pada seminar nasional pembelajaran matematika sekolah di jurdik Pendidikan Matematika FMIPAUniversitas Negeri Yogyakarta, 6 Desember 2009. Tanner, H. Jones, S. 2000. Becoming a successful teacher of mathematics. New York: RoutledgeFalmer. Van den Heuvel-Panhuizen. 1996. Assessment and realistic mathematics education. Utrecht: Technipress, Culemborg.