Hakekat dan Tujuan Pembelajaran Matematika

Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Depdiknas, 2006, tujuan pembelajaran matematika yang tertuang pada Standar Isi menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. e. Menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. f. Menalar secara logis dan kritis serta mengembangkan aktivitas kreatif dalam memecahkan masalah dan mengkomunikasikan ide. Di samping itu memberi kemampuan untuk menerapkan Matematika pada setiap program keahlian.

1.2. Model Pembelajaran Creative Problem Solving CPS

Menurut Karen 2004: 1, model Creative Problem Solving CPS adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan kreativitas. Ketika dihadapkan dengan situasi pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir. CPS merupakan representasi dimensi-dimensi proses yang alami, bukan suatu usaha yang dipaksakan. CPS merupakan pendekatan yang dinamis, siswa menjadi lebih terampil sebab siswa mempunyai prosedur internal yang lebih tersusun dari awal. Ada banyak kegiatan yang melibatkan kreativitas dalam pemecahan masalah seperti riset dokumen, pengamatan terhadap lingkungan sekitar, kegiatan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, dan penulisan yang kreatif. Dengan CPS, siswa dapat memilih dan mengembangkan ide dan pemikirannya. Berbeda dengan hafalan yang sedikit menggunakan pemikiran, CPS memperluas proses berpikir. Menurut Osborn Miftahul, 2013: 298-299, hampir semua upaya pemecahan masalah selalu melibatkan keenam karakter yaitu : Objective Finding, Fact Finding, Problem Finding, Idea Finding, Solution Finding, dan Acceptance Finding. Menurut Miftahul 2013:299, kriteria Creative Problem Solving model Osborn-Panes mempunyai sintak proses CPS pembelajaran sebagai berikut: 1 langkah 1: Objective Finding. Siswa dibagi ke dalam kelompok- kelompok. Siswa mendiskusikan situasi permasalahan yang diajukan guru dan mem- brainstorming sejumlah tujuan atau sasaran yang bisa digunakan. 2 Langkah 2: Fact Finding. Siswa mem-brainstorming semua fakta yang mungkin berkaitan dengan sasaran tersebut. Guru mendaftar setiap perspektif yang dihasilkan oleh siswa 3 Langkah 3: Problem Finding. Salah satu aspek terpenting dari kreativitas adalah mendefinisikan kembali perihalrumusan masalah agar siswa lebih dekat dengan masalah sehingga memungkinkannya untuk menemukan solusi yang jelas. Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah mem-brainstorming beragam cara yang mungkin dilakukan untuk semakin memperjelas masalah. 4 Langkah 4: Idea Finding. Pada langkah ini, gagasan-gagasan siswa didaftar agar bisa melihat kemungkinan menjadi solusi atas situasi permasalahan. Setiap usaha siswa diapresiasi sedemikian rupa dengan penulisan setiap gagasan, tidak peduli seberapa relevan gagasan tersebut menjadi solusi. Setelah gagasan terkumpul, siswa mendiskusikan untuk menyortir mana gagasan yang potensial sebagai solusi yang sekiranya bisa dijadikan pertimbangan solusi lebih lanjut. 5 Langkah 5: Solution Finding. Pada tahap ini, gagasan-gagasan yang memiliki potensi terbesar dievaluasi bersama. Salah satu caranya adalah dengan mem-brainstorming kriteria-kriteria yang dapat menentukan seperti apa solusi yang terbaik itu seharusnya. Kriteria ini dievaluasi hingga menghasilkan penilaian final atas gagasan yang pantas menjadi solusi atas permasalahan yang dihadapi. 6 Langkah 6: Acceptance Finding. Pada tahap ini siswa mulai mempertimbangkan isu-isu nyata dengan cara berpikir yang sudah mulai berubah. Siswa diharapkan sudah memiliki cara baru menyelesaikan berbagai masalah secara kreatif. Dengan membiasakan siswa menggunakan langkah-langkah yang kreatif dalam memecahkan masalah, diharapkan dapat membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam mempelajari matematika.

1.3. Pemecahan Masalah Matematika

KetrampilanKeterampilankemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang sering mendapatkan multiple solutions banyak solusi dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, bukan sebuah solusi tunggal Arends 2008: 44. Menurut Dahar 1989:138 pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan manusia yang menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang telah diperoleh sebelumnya dan tidak sebagai suatu keterampilan generik. Ketika seseorang telah mampu menyelesaikan masalah, maka ia telah memiliki kemampuan baru, dan kemampuan ini dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang relevan. Semakin banyak masalah yang dapat diselesaikan oleh seseorang, maka ia akan semakin banyak memiliki kemampuan yang dapat membantunya menjalani kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan memecahkan masalah perlu terus dilatih sehingga mampu menjalani kehidupan yang penuh dengan kompleksitas permasalahan. George Polya dalam Suherman 2003:99 menyatakan bahwa secara garis besar strategi pemecahan masalah mengacu pada empat tahap pemecahan masalah, yaitu 1 memahami masalah: memahami hal-hal yang diketahui dalam masalah tersebut, memahami apa yang menjadi tujuanapa yang ditanyakan, 2 membuat rencana untuk menyelesaikan masalah: mengidentifikasi mengidentifikasi konsep-konseprumus-rumus apa saja yang dibutuhkan