Aspek Kompetensi Guru Hasil

yang mengimplementasikan kurikulum 2013. Guru tersebut hanya memperoleh informasi dari guru inti di sekolahnya. 2. Adanya perbedaan waktu pelatihan bagi guru sasaran, diantaranya ada yang mengikuti pelatihan selama 5 hari penuh, namun ada juga guru yang hanya diikutkan pelatihan beberapa hari dengan waktu pelatihan yang hanya beberapa jam saja, dan hal ini dirasa sangat tidak efektif. 3. Berdasarkan hasil wawancara terbatas, diketahui bahwa beberapa fasilitator pelatihan tidak berlatar belakang matematika. Walaupun didampingi oleh fasilitator dengan latar belakang matematika, namun hal ini menjadi indikasi akan timbulnya permasalahan baru bagi para guru sasaran karena tutor dalam pelatihan bukan berlatar belakang matematika jelas tidak akan mampu memfasilitasi ataupun menjadi solutor bagi para guru sasaran yang masih kesulitan atau ingin bertanya terkait masalah teknis di kelas nanti. 4. Materi dalam pelatihan dirasa masih kurang aplikatif terhadap materi yang harus disampaikan di kelas. Untuk dapat memahami dokumen kurikulum 2013, juga ditinjau mengenai pertanyaan terkait kepemilikan buku guru, dan hasilnya menunjukkan bahwa umumnya guru sudah memiliki walaupun dalam format softcopy terkecuali guru inti sudah memiliki buku copy-nya. Selanjutnya pertanyaan dikembangkan menjadi bagaimana para guru memahami isi dari buku guru tersebut, dan sebanyak 85,71 guru menjawab masih belum memahami dengan baik, dikarenakan materi terlalu banyak. Artinya para guru SMK baru memahami sebagian kandungan materi dalam buku, dan para guru merasa permasalahan dalam buku terlalu rumit terutama bagi siswa SMK. Dari beberapa jawaban yang dikemukakan oleh para guru SMK terkait dokumen kurikulum 2013, ada beberapa hal yang menjadi kesulitan para guru dalam memahami dokumen, diantaranya: 1. Kandungan materi SMK yang menjadi setara dengan SMA menyebabkan para guru SMK terutama rumpun non Teknik perlu waktu untuk memahami kembali materi yang selama ini tidak ada di SMK. 2. Ada beberapa istilah yang digunakan dalam buku dirasa sulit dimengerti oleh para guru SMK. 3. Ada beberapa sub materi, serta latihan soal yang tidak bertingkat sehingga sulit untuk diaplikasikan. Selain itu materi dalam buku dirasa tidak memenuhi empat prinsip yang mendasari penyajian urutan materi dalam kurikulum yaitu dari hal yang sederhana menuju hal yang lebih kompleks, pelajaran prasyarat, secara keseluruhan, kronologis atau kejadian. Selanjutnya dikembangkan pertanyaan kepada para guru SMK terkait analisis kesesuaian antara buku guru dan buku ajar siswa, sebanyak 71,42 guru telah melakukannya karena merupakan menganalisa kesesuaian buku merupakan bagian dalam pelatihan implementasi kurikulum 2013 bagi para guru sasaran. Para guru menjelaskan bahwa antara buku guru dan buku siswa sudah sesuai namun masih banyak yang harus diperbaiki, di samping itu juga ada guru yang meminta modul penyetaraan lagi agar disesuaikan dengan kondisi siswa. Untuk meninjau kompetensi guru terhadap pemahaman dokumen kurikulum 2013, diajukan pertanyaan terkait pendekatan pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013. Pendekatan pembelajaran yang dimaksud adalah pendekatan scientific dengan 5 tahapan. Umumnya para guru SMK sudah mengetahui terkecuali bagi guru yang belum mengikuti pelatihan kurikulum 2013. Selanjutnya untuk model-model pembelajaran, umumnya seluruh guru sasaran sudah mengetahui model-model tersebut seperti Project Based Learning, Problem Based Learning, Discovery Learning dsb. Begitu pula dengan konsep penilaian, umumnya para guru sudah mengetahui mengenai konsep penilaian yang terdapat pada kurikulum 2013. Selanjutnya mengenai RPP serta pemanfaatan media dalam pembelajaran, umumnya para guru juga sudah mengetahui. Artinya paradigma perubahan pola pikir dari kurikulum terdahulu ke Kurikulum 2013, para guru sasaran secara umum sudah mengetahuinya. Namun bagaimana implementasi kurikulum 2013 di kelas selanjutnya akan dibahas.

3.3. Aspek Implementasi Pembelajaran di Kelas

Untuk aspek implementasi pembelajaran di kelas, indikator yang diukur adalah mengimplementasikan isi dokumen kurikulum 2013 ke dalam proses pembelajaran. Hal ini juga berkembang menjadi beberapa pertanyaan terkait pelaksanaannya secara teknis di kelas. Ketika para guru SMK kedua rumpun ditanya bagaimana pelaksanaan tahap-tahap scientific di kelas, jawaban yang didapat menyebutkan bahwa mereka belum dapat mengaplikasikan keseluruhan tahapan scientific tersebut di kelas. Pelaksanaan tahapan-tahapan scientific masih dirasa sulit bagi para guru SMK. Adapun 5 tahapan scientific yang dimaksud adalah Mengamati fakta matematika, Menanya perwujudan dari berfikir divergen, Menalar menentukanmenemukan solusi selanjutnya, Mencoba serta Menyimpulkan mengaitkan dengan konsep lain. Kesulitan yang dihadapi oleh guru SMK rumpun Teknik dan non Teknik ternyata berbeda. Bagi para guru SMK rumpun Teknik, tahapan yang dianggap sulit adalah mulai dari tahapan 2 hingga tahapan 5. Tahapan dua yaitu bagaimana memancing siswa untuk bertanya dianggap sulit dikarenakan kemampuan siswa SMK yang heterogen, sehingga dalam hal pemahaman konsep dasar serta mengubah paradigma berpikir siswa itu memakan waktu banyak. Sedangkan untuk guru SMK rumpun non-Teknik mereka merasa kesulitan pelaksanaan tahapan scientific mulai dari tahap 1. Untuk tahapan mengamati fakta, guru merasa kesulitan dikarenakan para guru belum sepenuhnya mengetahui fakta-fakta dalam kehidupan sehari- hari yang terkait langsung dengan konsep-konsep matematika, terutama konsep-konsep matematika yang selama ini tidak pelajari oleh siswa SMK non-Teknik, sehingga dalam tahap ini guru merasa kesulitan. Penyebab lainnya adalah guru kesulitan mengaitkan fakta dilapangan terutama yang terkait dengan masing-masing program keahlian siswa SMK rumpun non-Teknik yang dapat memancing siswa untuk bertanya dan bernalar, karena aplikasi materi matematika untuk SMK rumpun non-Teknik sangat terbatas sekali. Intinya tidak semua materi matematika aplikatif dengan program keahlian siswa. Selain itu sangat sulit untuk menggali keingintauan siswa karena siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran metode ceramah, sehingga pada langkah ke-2 untuk mengajarkan konsep menjadi sangat lambat dan jelas berpengaruh pada waktu pembelajaran yang juga terbatas. Akibatnya target sasaran waktu untuk tiap bab menjadi tidak tepat. Begitu pula pada tahap menyimpulkan dan mengkomunikasikan, siswa SMK masih belum mampu menyimpulkan dengan baik dan ketika proses mengkomunikasikan hasil diskusinya, penjelasan siswa masih belum bisa dimengerti oleh temannya yang lainnya. Untuk aplikasi model-model pembelajaran yang sudah diketahui, umumnya para guru belum menggunakan model tersebut dengan alasan karakteristik siswa, kondisi kelas serta kajian materi yang sedang dibahas. Kesulitan utama yang mereka hadapi adalah bagaimana membuat permasalahan yang sesuai dengan karakteristik siswa pada masing-masing program keahlian. Selain itu juga input siswa SMK sendiri menjadi penghambat para guru, serta daya serap siswa pada masing-masing program keahlian yang berbeda. Untuk konsep penilaian, para guru mengapresiasi dengan sangat baik bahkan sudah menerapkannya. Para guru sudah melakukan penilaian secara komprehensif. Sedangkan untuk RPP serta pemanfaatan media pembelajaran, pada umumnya mereka sudah membuat RPP namun sulit sekali mengaplikasikan RPP yang ideal dengan pelaksanaannya di kelas, sehingga seringkali pembelajaran yang dilaksanakan di kelas tidak sesuai dengan RPP, karena semuanya bergantung pada kondisi kelas serta materi yang diajarkan. Berbeda dengan pemanfaatan media pembelajaran, karena masing-masing sekolah memiliki sarana teknologi yang berbeda, maka jelas saja pemanfataannya bergantung pada sarana yang tersedia. Untuk beberapa sekolah, pemanfaatan media berupa powerpoint sudah bisa diaplikasikan dengan baik, sedangkan bagi sekolah yang sarana medianya terbatas masih belum dapat memanfaatkan secara maksimal. Selain yang termasuk ketiga aspek diatas, dalam angket juga dilontarkan pertanyaan terkait materi pelajaran matematika untuk SMK baik rumpun Teknik dan non-Teknik, ada beberapa temuan hasil dari wawancara: 1. Perubahan kandungan materi matematika dari KTSP yang disesuaikan dengan rumpun di SMK menjadi 12 bab yang sifatnya pembelajaran terputus, menjadi kesulitan utama dalam implementasi di kelas. Untuk SMK rumpun non-Teknik, para guru kesulitan dalam mengejar bab yang menjadi target, sementara siswa pun sulit memahami dengan cepat materi-materi tersebut. Namun hal serupa juga diungkapkan oleh guru SMK rumpun Teknik. Terutama karena kualitas input siswa yang berbeda di setiap program keahlian menjadi kendala utama dalam penyamarataan pemahaman konsep dasar. 2. Permasalahan yang ada di buku dirasa rumit bagi siswa SMK serta kurang aplikatif dalam mendukung mata pelajaran produktif mereka. Sehingga para guru SMK merasa kesulitan dalam mengaitkan materi dengan program keahlian siswa. 3. Untuk masalah konten, para guru juga menyatakan bahwa materi dalam tiap bab tidak jelas batasannya terutama untuk materi yang nantinya diulang kembali pada jenjang