Langkah-langkah Menyusun LKS Lembar Kerja Siswa

dan jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya dapat dilakukan siswa, misalnya tentang tugas diskusi. 4. Struktur LKS Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut. a. Judul b. Petunjuk belajar petunjuk siswa c. Kompetensi yang akan dicapai d. Informasi pendukung e. Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja f. Penilaian. Ada dua macam lembar kerja siswa LKS yang dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah. 1. Lembar Kerja Siswa Tak Berstruktur Lembar kerja siswa tak bestruktur adalah lembaran yang berisi sarana untuk materi pembelajaran, sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran. LKS merupakan alat bantu mengajar yang dapat dipakai untuk mempercepat pembelajaran, memberi dorongan belajar pada tiap individu, berisi sedikit petunjuk, tertulis atau lisan untuk mengarahkan kerja pada siswa. 2. Lembar kerja Siswa Berstruktur. Lembar kerja siswa berstruktur memuat informasi, contoh, dan tugas-tugas. LKS ini dirancang untuk membimbing siswa dalam satu program kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan guru untuk mencapai sasaran pembelajaran. Pada LKS telah disusun petunjuk dan pengarahannya, LKS ini tidak dapat menggantikan peran guru dalam kelas. Guru tetap mengawasi kelas, memberi semangat dan dorongan belajar dan memberi bimbingan pada setiap siswa Indrianto dalam Aryani, 2009.

3. Pendekatan Scientific

Pada kurikulum 2013 ditekankan dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah scientific appoach. Pendekatan scientificilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Ada juga yang mengartikan pendekatan ilmiah sebagai mekanisme untuk memperoleh pengetahuan yang didasarkan pada struktur logis. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik Kemendikbud, 2013. Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran dengan pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen Kemendikbud, 2013. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini Kemendikbud, 2013. 1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. 4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran. 5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran. 6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. 7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Pada jenjang SMP dan SMA atau yang sederajat proses pembelajaran pada kurikulum 2013 dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan ilmiah scientific appoach dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Dalam kenyataanya karakter keilmuan dari setiap materi pelajaran tidak sama. Oleh karena itu pendekatan ilmiah dalam pelajaran tertentu tidak sama persis dengan pelajaran tertentu lainnya. Dalam pelajaran matematika, maka langkah-langkahnya dalam pendekatan ilmiah sebagai berikut: 1 Mengamati fakta matematika 2 Menanya perwujudan dari berfikir divergen 3 Menalar menentukanmenemukan solusi selanjutnya 4 Mencoba 5 Menyimpulkan mengaitkan dengan konsep lain, Kemendikbud, 2013