Hasil pengamatan, respon dan sikap siswa pada siklus pertama

meningkatkan keaktifan siswa. Berdasarkan hasil refleksi tersebut peneliti meminta siswa untuk lebih memperkaya diri dengan isu-isu lingkungan hidup sehingga memudahkan proses pembelajaran pada siklus berikutnya, peneliti juga harus menerangkan kembali pada awal pertemuan pada siklus berikutnya tentang maksud dari Pembelajaran Matematika Hijau, sehingga diharapkan siswa tidak merasa aneh dengan pembelajaran yang dijalankan guru.

4.2 Hasil pengamatan, respon dan sikap siswa pada siklus kedua

Sama halnya dengan siklus pertama, pada siklus kedua ini peneliti juga memulai dengan membuat perancangan di mana perancangan dalam siklus kedua ini memberi tumpuan pada rekomendasi dari hasil refleksi pada siklus pertama. Pada siklus kedua ini peneliti kembali memulai pelajaran dengan menjelaskan model yang akan digunakan selama proses belajar mengajar berlangsung dan bagaimana yang dimaksud dengan Pembelajaran Matematika Hijau, selebihnya pelaksanaan pada siklus kedua ini sama dengan pada siklus pertama. Selama proes belajar mengajar berlangsung pada siklus kedua banyak perubahan yang terjadi, antara lain permasalahan sebagai dasar pembelajaran dengan pendekatan PBL muncul dari pengalaman siswa sendiri sehingga guru hanya mengarahkan contoh-contoh isu yang lebih mengarah dengan topik peluang yang sedang dipelajari, siswa mulai antusias dengan model yang diterapkan. Sebanyak 60 siswa aktif selama proses belajar mengajar berlangsung, sehingga prinsip PMR bisa diterapkan sepenuhnya pada siklus kedua, di mana guru hanya berfungsi sebagai pembimbing selama proses diskusi berlangsung. Dari lembaran respon siswa ditunjukkan bahwa 80 siswa merasa senang dengan Pembelajaran Matematika Hijau sedang sisanya 20 masih merasa tidak senang dengan model yang coba diterapkan guru. Hasil instrumen sikap cinta lingkungan menunjukkan pada siklus kedua 70 siswa memiliki sikap positif terhadap rasa cinta lingkungan, dan 30 masi menunjukkan sikap negatif. Pada tahap kahir siklus kedua dilakukan refleksi di mana terdapat peningkatan keaktifan dan sikap siswa terhadap lingkungan selama proses belajar mengajar matemtika dengan metode Pembelajaran Matematika Hijau. Berdasarkan hasil pada siklus kedua, sikap cinta lingkungan bisa dikembangkan dengan Pembelajaran Matematika Hijau. Hal ini sesuai dengan pendapat Kana Hidayati, dkk 2008 menyataan bahwa dengan mengaitkan isu lingkungan dalam pembelajaran matematika maka akan mengembangkan sikap cinta lingkungan di kalangan siswa.

5. Kesimpulan

Pengembangan sikap cinta lingkungan di kalangan siswa selama proses belajar melalui model Pembelajaran Matematika Hijau mengalami peningkatan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap cinta lingkungan siswa bisa dikembangkan melaui pembelajaran di sekolah tidak semestinya dengan pelajaran khusus lingkungan hidup. Sehingga diharapkan pembelajaran berbasis isu lingkungan bisa diterapkan pada semua tingkatan satuan pendidikan dan semua mata pelajaran. Tujuan akhirnya adalah memunculkan sikap siswa yang ramah dan peduli ligkungan hidup yang merupakan asset utama untuk kehidupan di masa yang akan dating. Daftar Pustaka Kristianto , Arief. 2010. Seri Tanggap Bencana Alam banjir. Bandung: Angkasa Taufiq, M., Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning, Jakarta, Prenada Media Group. Peter L. Schwartz, 2001. Problem Based Learning: case Studies, experience and practice. Kogan. Allsopp, D. H, Kyger, M. M, dan Lovin, L. D. 2007. Teaching Mathematics Meaningfully : solution for reaching struggling learners. Paul. H. Brookes Publishing. London Armanto, D. 2002. Teaching multiplication and division realistically in Indonesian primary schools: Aprototype of local instruction theory. Doctoral dissertation. The Netherlands, Enschede: University of Twente. De Lange, J. 1987. Mathematics Insight and Meaning. Utrecht: OW CO. Furner. J.M dan Kumar. D. D. 2007. The mathematics and science integration argument : a stand for teacher education. Eurasia Journal of Mathematics, Science Technology Education. 33. 185 – 189. Gravemeijer, K Doorman, M. 1999. Context Problem In Realistic Mathematics Education: a Calculus course as an Example. Educational Studies in Mathematics. Netherlands. Kluwer Academic Publishers. 111-129 Gravemeijer, K. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Ultrecht: Freudenthal Institute. Hadi, S. 2003. PMR: Menjadikan Pelajaran Matematik Lebih Bermakna Bagi Pelajar. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematik “Perubahandi Paradigma dari Paradigma Mengajar ke Paradigma Belajar,”Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 27 – 28. Hayley B. 2004. Realistic mathematics education: Eliciting alternative mathematical conceptions of learners. African Journal of Research in SMT Education. 81:53-64 Sembiring, R.K. Hadi, S Dolk, M. 2008. Reforming Mathematics Learning in Indonesian Classrooms. ZDM Mathematics Education. 40:927 –939. Smart. A. M. 2009. Introducing Angles in Grade Four:A Realistic Approach Based on the van Hiele Model. Canadian Journal for New Scholars in Education. 21:1-20 Soedjadi. 2001 . Pembelajaran Matematika berjiwa RME Suatu Pemikiran Rintisan Ke Arah Upaya Baru. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Realistics Mathematic Education RME di UNESA Surabaya, Juni 2001. Streefland, L. 1991. Realistic Mathematics Education In Primary School. Utreecht: Center for Science and Mathematics Education, Netherlands. Tuan.A. L. 2006. Applying Realistic Mathematics Education in Vietnam:Teaching middle school geometry. Universität Potsdam Institut für Mathematik. Belanda. Tesis doctor. Tidak dipublikasikan. Wubbles, T. Korthagen, T Broekman, H. 1997. Preparing Teachers For Realistics Mathematics Education. Educational Studies in Mathematics. Kluwer Academic Publishers. Netherlands. 32: 1 –28. Zulkardi. 2002a. Developing a Learning Enviroment on Reaistic Mathematics Education for Indonesia Studet Teachers. Thesis. University of Twente. Nederland Swan, J. A. Stapp, W.B. 1979. Enviroment education: strategic toward a more liveable future. New York. John Wiley Sons Yusuf, M. 2000. Pendidikan Kependudukan Etika Lingkungan. Yogyakarta. Lembaga Study dan Inovasi Pendidikan.