Pembahasan Hasil dan Pembahasan

presentasi yang sama. Sebelum waktu presentasi habis, disampaikan sisa waktu 3 menit sebelum berakhir. Aktivitas belajar matematika pada siklus I sebesar 84,54 . Peserta didik pada siklus I sudah dapat membuat dan menyelesaikan soal dengan benar sebesar 91,2 . Penyempurnaan pada siklus II dan pengalaman di siklus I membuat pendidik dan peserta didik lebih siap dan mampu mengelola waktu sehingga terlaksana sesuai dengan rencana. Semua kelompok dapat menyelesaikan tes akhir siklus dan presentasi. Pendidik juga lebih mampu mengelola waktu dan pembelajaran. Siswa lebih berani bertanya, menjawab, berpendapat, cermat, dan kritis, bahkan situasi pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan ceria. Aktivitas belajar matematika pada siklus II sebesar 86,69. Peserta didik pada siklus II sudah dapat membuat dan menyelesaikan soal dengan benar sebesar 92,0 . Hasil dari siklus I dan II: Aktivitas belajar matematika pada siklus I sebesar 84,54 dan pada siklus II sebesar 86,69. Pada kedua siklus aktivitas belajar sudah lebih dari 67 dan mengalami peningkatan sebesar 2,15 Peserta didik pada siklus I sudah dapat membuat dan menyelesaikan soal dengan benar sebesar 91,2 dan pada sikus II sebesar 92,0 . Pada kedua siklus sudah melebihi 67 dan mengalami peningkatan sebesar 0,8. Kemampuan berfikir kritis pada siklus I diperoleh rata-rata 91,72 yang berarti termasuk kriteria sangat tinggi 89 x ≤ 100 dan pada siklus II diperoleh rata-rata 83,69 yang berarti termasuk pada kriteria tinggi 79 x ≤ 89. Hal ini terjadi karena tingkat kesulitan materi pada siklus II lebih tinggi daripada tingkat kesulitan pada siklus I. Hasil tes setelah tindakan menunjukkan 72,73 siswa mengalami peningkatan hasil belajar. Pencapaian ini sudah melebihi 5,73 dari indikator keberhasilan yaitu 67 . Sedangkan banyaknya peserta didik yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal pada tes awal sebelum tindakan sebanyak 20 orang dan pada tes setelah tindakan sebanyak 34 peserta didik.

4. Kesimpulan dan Saran

Setelah menyelesaikan penelitian tindakan kelas maka penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1 Aktivitas belajar matematika peserta didik kelas kelas X MM SMK Negeri 3 Yogyakarta tahun pelajaran 20122013 dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif problem posing; 2 Kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas kelas X MM SMK Negeri 3 Yogyakarta tahun pelajaran 20122013 dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif problem posing; 3 Penerapan pembelajaran kooperatif problem posing yang meningkatkan aktivitas belajar matematika dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas X MM SMK Negeri 3 Yogyakarta. Saran yang dapat saya sampaikan adalah: 1 Pembelajaran kooperatif sebaiknya digunakan pada pembelajaran semua standar kompetensi pada matematika 2 Pembelajaran kooperatif problem posing supaya lebih sering digunakan Daftar Pustaka Echols, John, M. dkk. 1995. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta. PT Gramedia. Fety Herira Amansari. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Peserta didik Kleas X Administrasi Perkantoran AP SMK Negeri 1 Depok pada Pembelajaran Matematika dengan Metode Problem posing Tipe Presolution Posing. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. Hendra Surya. 2009. Menjadi Manusia Pembelajar. Jakarta: PT. Gramedia. Ibrahim Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya. Roestiah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Setiawan. 2004. Pembelajaran Trigonometri Berorientasi PAKEM di SMA. http: www.p3gmatyo.go.iddownloadPPPPPP04 _ Trigonometri SMA. Pdf. 27 Maret 2006 Suryadi, Didi Tatang Herman. 2008. Eksplorasi Matematika Pembelajaran Pemecahan Masalah. Jakarta: Karya Duta Wahana