Aspek Implementasi Pembelajaran di Kelas

aplikasi materi matematika untuk SMK rumpun non-Teknik sangat terbatas sekali. Intinya tidak semua materi matematika aplikatif dengan program keahlian siswa. Selain itu sangat sulit untuk menggali keingintauan siswa karena siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran metode ceramah, sehingga pada langkah ke-2 untuk mengajarkan konsep menjadi sangat lambat dan jelas berpengaruh pada waktu pembelajaran yang juga terbatas. Akibatnya target sasaran waktu untuk tiap bab menjadi tidak tepat. Begitu pula pada tahap menyimpulkan dan mengkomunikasikan, siswa SMK masih belum mampu menyimpulkan dengan baik dan ketika proses mengkomunikasikan hasil diskusinya, penjelasan siswa masih belum bisa dimengerti oleh temannya yang lainnya. Untuk aplikasi model-model pembelajaran yang sudah diketahui, umumnya para guru belum menggunakan model tersebut dengan alasan karakteristik siswa, kondisi kelas serta kajian materi yang sedang dibahas. Kesulitan utama yang mereka hadapi adalah bagaimana membuat permasalahan yang sesuai dengan karakteristik siswa pada masing-masing program keahlian. Selain itu juga input siswa SMK sendiri menjadi penghambat para guru, serta daya serap siswa pada masing-masing program keahlian yang berbeda. Untuk konsep penilaian, para guru mengapresiasi dengan sangat baik bahkan sudah menerapkannya. Para guru sudah melakukan penilaian secara komprehensif. Sedangkan untuk RPP serta pemanfaatan media pembelajaran, pada umumnya mereka sudah membuat RPP namun sulit sekali mengaplikasikan RPP yang ideal dengan pelaksanaannya di kelas, sehingga seringkali pembelajaran yang dilaksanakan di kelas tidak sesuai dengan RPP, karena semuanya bergantung pada kondisi kelas serta materi yang diajarkan. Berbeda dengan pemanfaatan media pembelajaran, karena masing-masing sekolah memiliki sarana teknologi yang berbeda, maka jelas saja pemanfataannya bergantung pada sarana yang tersedia. Untuk beberapa sekolah, pemanfaatan media berupa powerpoint sudah bisa diaplikasikan dengan baik, sedangkan bagi sekolah yang sarana medianya terbatas masih belum dapat memanfaatkan secara maksimal. Selain yang termasuk ketiga aspek diatas, dalam angket juga dilontarkan pertanyaan terkait materi pelajaran matematika untuk SMK baik rumpun Teknik dan non-Teknik, ada beberapa temuan hasil dari wawancara: 1. Perubahan kandungan materi matematika dari KTSP yang disesuaikan dengan rumpun di SMK menjadi 12 bab yang sifatnya pembelajaran terputus, menjadi kesulitan utama dalam implementasi di kelas. Untuk SMK rumpun non-Teknik, para guru kesulitan dalam mengejar bab yang menjadi target, sementara siswa pun sulit memahami dengan cepat materi-materi tersebut. Namun hal serupa juga diungkapkan oleh guru SMK rumpun Teknik. Terutama karena kualitas input siswa yang berbeda di setiap program keahlian menjadi kendala utama dalam penyamarataan pemahaman konsep dasar. 2. Permasalahan yang ada di buku dirasa rumit bagi siswa SMK serta kurang aplikatif dalam mendukung mata pelajaran produktif mereka. Sehingga para guru SMK merasa kesulitan dalam mengaitkan materi dengan program keahlian siswa. 3. Untuk masalah konten, para guru juga menyatakan bahwa materi dalam tiap bab tidak jelas batasannya terutama untuk materi yang nantinya diulang kembali pada jenjang berikutnya, hal ini juga menjadi masalah karena selama ini siswa SMK terbiasa belajar tuntas. 4. Adanya penghilangan materi-materi dasar yang esensial dan sangat aplikatif sekali terhadap program keahlian di SMK seperti materi perbandingan serta aproksimasi, menjadi salah satu bukti bahwa matematika sebagai mata pelajaran adaptif di SMK yang seharusnya merupakan penunjang bagi mata pelajaran produktif sudah tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika di SMK.

4. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan pemaparan secara deskriptif hasil angket serta wawancara terbatas terhadap guru sasaran implementasi kurikulum 2013, ada beberapa hal penting yang penulis simpulkan terkait tinjauan kompetensi guru SMK dalam kurikulum 2013. 1. Pemilihan guru sasaran sudah tepat berdasarkan pengalaman mengajar serta kualifikasi pendidikan. 2. Pembekalan pemahaman guru SMK mengenai kurikulum 2013 yang diselenggarakan melalui pelatihan masih dirasa belum cukup untuk memberikan pemahaman secara komprehensif, sehingga dirasa perlu ada pelatihan terus menerus yang berkelanjutan dengan materi pelatihan yang memang fokus terhadap materi pelajaran serta gambaran aplikatifnya terhadap program keahlian di SMK. 3. Kandungan materi merupakan faktor utama kesulitan guru-guru SMK dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 di kelas, karena selain para guru harus mampu mengaitkan materi-materi dalam pelajaran matematika dengan program keahlian yang berbeda-beda, mereka juga dituntut untuk dapat mencapai target materi yang harus terpenuhi. Hal ini merupakan suatu tantangan tersendiri mengingat kemampuan siswa untuk masing-masing program keahlian adalah berbeda. Sedangkan yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk kandungan materi matematika, penyamarataan antara SMA dan SMK merupakan suatu persoalan baru walaupun jika kita menilik dari segi tujuan kurikulum 2013 itu diantaranya kompetensi yang ingin diharapkan adalah kompetensi yang berimbang antara sikap, pengetahuan, dan keterampilan disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan. Namun tujuan ini berlaku umum sedangkan jika menilik dari tujuan serta fungsi dari mata pelajaran matematika di SMK yaitu sebagai mata pelajaran adaptif yang berfungsi untuk mendukung mata pelajaran produktif, hal ini menjadi sesuatu yang tidak relevan. Sebaiknya kandungan materi matematika di SMK dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa agar mereka dapat berkembang secara optimal dan dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman. Untuk mencapai kompetensi tersebut, materi-materi dalam kurikulum matematika dipilih dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial materi dan keterpakaiannya dalam dunia kerja yang akan dimasuki oleh siswa kelak serta dalam kehidupan sehari-hari. 2. Adanya batasan yang jelas mengenai materi matematika terutama untuk materi-materi yang diulang kembali pada jenjang berikutnya, karena pembelajaran yang terputus- putus akan sangat membingungkan terutama siswa SMK yang selama ini terbiasa belajar secara tuntas. 3. Karena tuntutan kompetensi guru dalam kurikulum 2013 ini adalah guru yang mampu memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran, maka ada baiknya sarana serta prasarana teknologi sebagai media pembelajaran perlu ditingkatkan.

5. Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Prof. Tatang Herman sebagai dosen yang telah banyak memberikan masukan dalam penyusunan makalah ini, serta kepada para guru SMKN di Bandung maupun di kabupaten Garut yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Daftar Pustaka Hasan, H.S. Evaluasi Kurikulum. Bandung: Kerjasama SPs UPI Rosdakarya. 2009 Lestari, P. Peningkatan Kemampuan Pemahaman serta Koneksi Matematis Siswa SMK melalui Pembelajaran Kontekstual. Tesis UPI: Tidak dipublikasikan. 2009. Nuh, M. Materi Pelatihan Guru: Implementasi Kurikulum 2013 SMA Matematika. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Sunendar, T. Kerangka dan Satuan Kurikulum 2013. Tersedia: www.lpmpjabar.go.id [24 september 2013].