Media Pembelajaran Congklak Artikel Sendimat P4TK Matematika | Info Ops prosiding sendimat

Untuk menciptakan proses pembelajaran yang baik dan tidak membosankan, guru dan siswa harus bersama-sama aktif. Keaktifan tersebut dapat diwujudkan dengan menggunakan media atau alat peraga. Media atau alat peraga yang digunakan dengan efektif dan efisien dalam proses pembelajaran dapat mengurangi verbalisme siswa dalam memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Media pembelajaran sangat penting pada proses pembelajaran. Guru berperan penting dalam memanfaatkan media dan sumber belajar tersebut Dimyati, 2009: 36. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal yang penting, bukan sekedar keinginan untuk berprestasi. Ketika siswa merasa senang dalam proses pembelajaran maka selanjutnya kegiatan pembelajaran akan berjalan lancar dan sesuai yang diharapkan. Untuk siswa lambat belajar, media pembelajaran yang sesuai adalah yang berhubungan dengan permainan. Freun berpendapat bahwa bermain merupakan cara seeorang untuk membebaskan diri dari berbagai tekanan yang kompleks dan merugikan. Melalui kegiatan bermain perasaan menjadi lega, bebas dan berarti. Mengingat pentingnya bermain untuk siswa lambat belajar, dewasa ini aktivitas bermain dikembangkan menjadi play therapy. Terapi permainan yang diperuntukan bagi siswa lambat belajar bukan sembarang permainan tetapi harus sesuai kondisi fisik dan psikisnya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika memilih format belajar pada siswa. Dr. Coolie Verner membedakan tiga elemen dalam proses pendidikan yang mempunyai fungsi berbeda, yaitu: 1 metode, yaitu suatu pengorganisasian peserta untuk tujuan pendidikan, 2 teknik, yaitu bermacam cara dimana tugas-tugas belajar diatur untuk memfasilitasi belajar, 3 alat, yaitu segala sesuatu atau kondisi yang didayagunakan untuk meningkatkan teknik dan membuat belajar lebih terarah Zainudin Arif,1986: 43,44. Permainan dalam pembelajaran matematika di sekolah bukan untuk menerangkan melainkan suatu cara atau teknik untuk mempelajari atau membina ketrampilan dari suatu materi tertentu, secara umum cocok untuk membantu mempelajari fakta dan ketrampilan. Beberapa pakar pendidikan mengatakan bahwa tujuan utama digunakan permainan dalam pembelajaran matematika adalah untuk memberikan motivasi kepada siswa agar menjadi senang. Apabila guru berniat merencanakan kegiatan permainan matematika dalam pembelajaran, maka guru perlu mengkaji topik yang tepat untuk kegiatan yang didukung oleh permainan. Dari hasil kajian tersebut guru dapat memilih atau mengidentifikasi permainan yang bertujuan meningkatkan ketrampilan matematika dan digunakan dalam waktu serta situasi yang tepat Sukayati, 2003: 14. Teknik dalam permainan congklak sangatlah mudah untuk dilakukan atau bisa dibilang tidak rumit sehingga mudah untuk meningkatkan ketrampilan berhitung. Melihat siswa lambat belajar adalah siswa yang tidak suka dengan keribetan dan congklak ini sangat mudah untuk dimainkan, maka diyakini congklak bisa mengembangkan ketrampilan berhitung siswa lambat belajar. Permainan congkak merupakan permainan yang dimainkan oleh dua orang. Alat yang digunakan terbuat dari kayu atau plastik berbentuk mirip perahu dengan panjang sekitar 75 cm dan lebar 15 cm. Pada kedua ujungnya terdapat lubang yang disebut induk. Diantara keduanya terdapat lubang yang lebih kecil dan induknya berdiameter kira-kira 5 cm. Setiap deret berjumlah 7 lubang. Pada setiap lubang kecil tersebut diisi dengan biji congklak yang biasa menggunakan kerang atau biji-bijian sebanyak 7 buah. Alat permainan congklak bisa dilihat pada gambar berikut, Gambar 1. Papan permainan congklak Gambar 2. Biji-biji congklak Permainan congklak dilakukan oleh dua orang pemain. Cara bermain congklak dimulai dengan mementukan pemain yang berjalan terlebih dahulu. Pemain pertama mengambil biji congklak yang ada di lubang bagian sisinya kemudian bergerak searah jarum jam mengisikan biji congklak tersebut satu per satu ke lubang yang dilalui termasuk lubang induk milik pemain pertama kecuali lubang induk milik lawan pemain kedua, jika biji congklak terakhir jatuh di lubang yang terdapat biji congklak lain maka biji congklak tersebut diambil lagi untuk diteruskan mengisi lubang-lubang selanjutnya. Begitu seterusnya sampai biji congklak terakhir jatuh kelubang yang kosong. Jika biji congklak terakhir itu jatuh di lumbung sendiri, maka pemain bebas untuk memilih lubang berisi biji congklak untuk melanjutkan permainannya. Jika biji congklak terakhir tadi jatuh pada lubang yang kosong maka giliran pemain lawan yang melakukan permainan. Permainan ini berakhir jika biji congklak yang terdapat pada lubang yang kecil telah habis dikumpulkan. Pemenangnya adalah pemain yang paling banyak mengumpulkan biji congklak ke lubang induk miliknya. Siswa lambat belajar akan medapatkan manfaat dengan adanya permainan congklak. Permainan congklak secara tidak langsung dapat menyumbang kegiatan jasmani adaptif mereka, yaitu melatih motorik halus mereka. Ketika siswa lambat belajar memindahkan biji congklak dari satu lubang ke lubang lain, maka mereka melatih motorik halus mereka. Ketika siswa bermain congklak dengan senang, sistem limbiknya akan terbuka, konsep matematikanya akan terbangun. Pembangunan konsep ini sangat penting untuk meningkatkan ketrampilan matematika, karena matematika bukanlah sekedar hafalan saja. Permainan congklak dapat digunakan siswa untuk memahami konsep bilangan dan meningkatkan ketrampilan matematika. Pertama, ketika awal permainan siswa menghitung biji congklak yang jumlahnya 49, bisa dengan cara 1 + 1 + 1 + ... + 1 = 49 atau 7 + 7 + ... + 7 = 49, hal ini dapat diartikan siswa belajar penjumlahan. Kedua, ketika siswa memasukkan biji congklak ke dalam 7 lubang, bisa dengan cara 49 – 1 – 1 – 1 – ... – 1 = 0 atau 49 – 7 – 7 – ... – 7 = 0, hal ini dapat diartikan siswa belajar pengurangan. Ketiga, ketika siswa menjumlahkan 7 + 7 + ... + 7 = 49, maka siswa akan belajar perkalian, karena penjumlahan secara berulang adalah bentuk panjang dari perkalian, sehingga dapat ditulis bentuk perkaliannya 7×7=49. Keempat, ketika siswa mengurangkan 49 – 7 – 7 – ... – 7 = 0, maka siswa akan belajar pembagian, karena pengurangan secara berulang adalah bentuk panjang dari pembagian, jumlah biji congklak yang mula-mula 49 dikurangi 7 sampai habis, sehingga dapat ditulis bentuk pembagiannya 49:7=7. Ketika siswa sebagai pemain pertama mengawali permainan, siswa akan mengambil 7 biji congklak dan memasukkan ke lubang berikutnya termasuk lubang induk miliknya, maka siswa belajar pengurangan berulang yang merupakan bentuk panjang dari pembagian. Sampai pada biji congklak ke-7 dimasukkan, siswa belajar menjumlahkan 1 dengan jumlah biji congklak yang ada pada lubang tersebut, dan seterusnya. Melalui congklak, siswa dapat belajar tentang konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian bahkan pembagian. Siswa bukan hanya belajar berhitung tapi juga mengasah kemampuan logika dan ketrampilan matematikanya. Siswa belajar mengestimasi dan menyusun strategi untuk memenangkan permainan dengan memikirkan pilihan agar mengisi sebanyak-banyaknya lubang besar miliknya. Siswa memperhitungkan mana jalan yang paling menguntungkan baginya. Saat memilih lubang mana yang akan diambil, siswa belajar mengambil keputusan dan menanggung resiko atas keputusannya. Permainan congklak juga memiliki manfaat lain yaitu melatih kesabaran, meningkatkan ketelitian, belajar menyelesaikan masalah, dan membentuk karakter mulia lainnya. Dalam hal melatih kesabaran, pemain khususnya yang tidak sedang bermainmelangkah harus bersabar menunggu lawannya melakukan kesalahan sehingga tiba gilirannya, pemain yang sedang bermain juga harus bersabar memasukkan satu per satu biji congklak ke dalam lubang. Meningkatkan ketelitian, pemain yang sedang bermain harus teliti dalam memasukkan biji congklak satu per satu dalam lubang, sedangkan pemain yang sedang tidak bermainmelangkah juga harus teliti mengawasimemastikan biji congklak di masukkan satu per satu dalam lubang jangan sampai lawan melakukan kecurangan. Belajar menyelesaikan masalah, saat bermain bukan hanya yang baik-baik saja kadang ada siswa yang curang. Karena ada yang curanglah, maka siswa belajar mempertahankan haknya dengan cara komunikasi yang baik. Dengan congklak siswa juga belajar saling menghormati, berlapang dada menerima kekalahan, rendah hati dan merasakan perasaan kecewa empati kepada yang kalah.

4. Kesimpulan dan Saran

Media pembelajaran menggunakan permainan congklak merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas berhitung siswa-siswa Indonesia, khususnya untuk pada siswa lambat belajar yang selama ini mengalami kesulitan dalam ketrampilan berhitung. Hal ini juga harus didukung dengan adanya seorang guru yang kreatif dalam menggunakan permainan congklak. Congklak mudah didapat, relatif murah, terjangkau dan mudah dimainkan tetapi mempunyai manfaat cukup besar dalam membantu siswa lambat belajar dalam proses pembelajaran matematika khususnya dalam melatih kemampuan berhitung. Media pembelajaran menggunakan permainan congklak diyakini akan meningkatkan sedikit demi sedikit keterampilan berhitung siswa slow learner. Berdasarkan hasil penelitian ini, disampaikan saran sebagai berikut. Untuk guru: 1 Sebaiknya guru mengetahui terlebih dahulu siswa lambat belajar yang diajar termasuk dalam tahap belajar apa, sehingga dengan begitu akan mudah bagi guru memberikan pembelajaran dan teknik yang sesuai dengan perkembangan belajar anak; 2 Guru harus menggunakan media untuk mendukung pembelajaran, karena perkembangan siswa lambat belajar yang sulit untuk membayangkan dan memikirkan hal- hal yang abstrak sehingga dengan adanya media akan membantu mereka untuk berilustrasi; 3 Guru diharapkan dapat ikut serta melestarikan permainan congklak sebagai permainan asli Indonesia sekaligus dapat menggunakannya sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan ketrampilan berhitung pada siswa slow learner. Daftar Pustaka Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Efendi, M. 2009. Pengantar Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Askara. Purwanto, M. Ngalim.1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Runtukahu, T. 1996. Pembelajaran Matematika Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Depdikbud Dirjen Dikti: Jakarta. Sadiman, S, dkk. 2007. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, danPemanfaatan.Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada. Sukayati. 2003. Media Pembelajaran Matematika SD Materi Pelatihan Instruktur Matematika SD. PPPG Matematika. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya, Jakarta: Cemerlang, 2003 Usman, Moh. Uzer. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMP. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yusuf, S. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000. Zainudin, Arif. 1986. Andragogi. Bandung: Angkasa.