Pembahasan Penilaian Proses Hasil Penelitian dan Pembahasan

- Nilai rata-rata kelas untuk pengamatan proses pembelajaran siklus pertama adalah 6,57 - Nilai rata-rata kelas pada siklus kedua adalah 6,95 - Nilai rata-rata kelas pada siklus ketiga sebesar 7,10 Indikator keberhasilan penilaian proses dilihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata pengamatan kelas pada pembelajaran siklus berikutnya dibandingkan dengan nilai rata-rata siklus sebelumnya. Dengan demikian terlihat adanya peningkatan proses pembelajaran dari pembelajaran siklus pertama, pembelajaran siklus kedua dan siklus ketiga. Jadi dengan penggunaan permainan kartu dominik pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan proses pembelajaran siswa pada materi bilangan berpangkat dan bentuk akar. Penilaian Hasil Belajar Dari penilaian hasil belajar setiap siklus, diperoleh nilai rata-rata kelas seperti pada tabel berikut ini. Tabel 1 . Data Nilai Rata-rata Kelas dan Peningkatan Hasil Belajar Pembelajaran Nilai Rata-rata Peningkatan Persentase Siklus I 4,26 - - Siklus II 5,38 1,12 26,29 Siklus III 7,05 1,67 31,04 Dari data tersebut dapat dihitung bahwa nilai rata-rata kelas hasil belajar siswa pada siklus pertama dan kedua terdapat selisih sebesar 5,38 – 4,26 = 1,12 atau sama dengan 26,29. Sedangkan selisih antara nilai rata-rata kelas hasil belajar siswa pada siklus kedua dan ketiga adalah 7,05 – 5,38 = 1,67 atau sebesar 31,04. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa untuk materi bilangan berpangkat dan bentuk akar jika pembelajaran dilakukan dengan penggunaan permainan kartu dominik. Respon Siswa Selain penilaian proses dan penilaian hasil belajar, siswa juga diberikan angketkuesioner untuk merespon penggunaan permainan kartu dominik dalam pembelajaran matematika. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur sikap atau pendapat siswa tentang penggunaan permainan kartu dominik dalam pembelajaran matematika karena siswa sebagai subyek yang merasakan secara langsung efek kegiatan tersebut. Angket ini diberikan kepada siswa untuk menjaring data yang berkaitan dengan beberapa aspek tentang penggunaan permainan kartu dominik dalam pembelajaran matematika yaitu menarik, mudah, lebih baik dari media lain dan diteruskan. Pilihan jawaban menggunakan skala Likert dengan menyediakan lima pilihan jawaban yaitu: Sangat Setuju SS, Setuju S, Tidak Tahu TT, Tidak Setuju TS, dan Sangat Tidak Setuju STS. Data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2. Respon Siswa terhadap Penggunaan Permainan Kartu Dominik dalam Pembelajaran Matematika No Pernyataan SS S TT TS STS Jumlah 1 Menarik 35 3 2 40 2 Mudah 28 11 1 40 3 Lebih baik dari media lain 25 12 3 40 4 Diteruskan 24 13 3 40 J u m l a h 112 39 9 160 Persen 70 24,38 5,63 100 Pada tabel di atas terlihat bahwa 70 siswa menyatakan sangat setuju bahwa penggunaan permainan kartu dominik dalam pembelajaran matematika sangat menarik, mudah, lebih baik dibandingkan dengan media lain dan diteruskan. Siswa yang menyatakan setuju sebanyak 24,38 , sedangkan 5,63 menyatakan tidak setuju. Tidak ada siswa yang menyatakan tidak berpendapat tidak tahu dan juga tidak ada siswa yang menyatakan sangat tidak setuju. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan permainan kartu dominik dalam pembelajaran matematika mendapat respon sangat baik positif dari siswa, sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan permainan kartu dominik sangat efektif dalam pembelajaran matematika materi bilangan berpangkat dan bentuk akar.

5. Kesimpulan dan Saran

Dari penelitian tentang penggunaan permainan kartu dominik dalam pembelajaran matematika materi bilangan berpangkat dan bentuk akar, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1 Penggunaan permainan kartu dominik dalam pembelajaran matematika membuat siswa menjadi lebih antusias, aktif bekerja sama dalam kelompok dan berani mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran. 2 Terjadinya peningkatan nilai rata-rata kelas terhadap pengamatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Daftar Pustaka Ismail. 2002. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departeman Pendidikan Nasional. Meier, D. 2004. The Accelerated Learning Hand Book. Bandung: PT Mizan Pustaka. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. PPPPTK Matematika. 2005. Petunjuk Peraga SD disampaikan pada Diklat Guru Inti Matematika SMP LPMP Propinsi Banten. Tidak Diterbitkan. UPTD SMPN 18 Tangerang. 2012. Perangkat Kerja Kurikulum. Tidak Diterbitkan. UPTD SMPN 18 Tangerang. 2011. Perangkat Kerja Kurikulum. Tidak Diterbitkan. PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERKONTEKS SELENDANG TOH WATU PADA MATERI LUAS DAERAH PERSEGI PANJANG DI KELAS III SD 1 PURWOREJO KUDUS Eka Zuliana 1 , Henry Suryo Bintoro 2 1 Universitas Muria Kudus, Gondangmanis Bae Kudus, Kudus; zulianaekayahoo.co.id 2 Universitas Muria Kudus, Gondangmanis Bae Kudus, Kudus; henrysuryoyahoo.co.id Abstrak . Siswa kelas III SD 1 Purworejo Kudus mengalami kesulitan dalam memahami konsep luas daerah persegi panjang. Penelitian ini juga didasari oleh menurunnya pengetahuan generasi muda tentang budaya lokal Kudus. Berdasarkan masalah tersebut peneliti merancang sebuah desain pembelajaran menggunakan model pembelajaran matematika realistik PMR dengan menggunakan selendang toh watu sebagai konteksnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk 1 mendapatkan desain pembelajaran matematika realistik berkonteks selendang toh watu budaya lokal Kudus, 2 menggunakan desain pembelajaran tersebut untuk membantu siswa mengonstruksi pemahaman tentang luas daerah persegi panjang, dan 3 melihat dampak penggunaan desain pembelajaran tersebut terhadap proses konstruksi pengetahuan matematis siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah design research, dengan tahapan 1 persiapan uji coba desain, 2 uji coba desain, dan 3 analisis retrospektif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model Pembelajaran Matematika Realistik dengan selendang toh watu sebagai konteksnya dapat merangsang dan meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami konsep luas daerah persegi panjang serta menumbuhkan kecintaan siswa terhadap budaya lokal Kudus dalam hal ini adalah selendang toh watu yang merupakan selendang dari pakaian adat Kudus. Kata Kunci : Pembelajaran Matematika Realistik, Selendang Toh Watu, Luas Daerah Persegi Panjang. 1. Pendahuluan Studi TIMSS Trends in International Mathematics and Science Study 2011 menyatakan bahwa prestasi belajar matematika siswa Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara di dunia. Dalam bidang matematika, siswa Indonesia memperoleh skor 386 dengan rata-rata seharusnya 500 dan berada pada urutan 38 dari 42 negara. Fakta lain dari hasil studi ini menunjukkan bahwa siswa Indonesia hanya mampu menyelesaikan soal pada level menengah. Ini mengindikasikan bahwa pendidikan matematika di Indonesia hanya mampu sampai pada kecakapan teknis saja dan belum mampu sampai pada proses bernalar. Hasil observasi lapangan terkait proses pembelajaran matematika di SD mitra PPL Praktik Pengalaman Lapangan PGSD FKIP Universitas Muria Kudus menunjukkan bahwa 75 pembelajaran matematikanya masih menggunakan pola teacher centered di mana diajarkan konsep rumus, diberikan contoh soal dan latihan soal. Selain itu dalam mengajar guru cenderung terfokus pada materi yang diajarkan tanpa mengaitkan dengan realitas, budaya