Paradigma Kuantitaf dalam Penilaian Pendidikan Matematika

kejadian yang dilakukan untuk menunjukkan perbedaan dalam jumlah. Sedangkan menurut Djemari Mardhapi 2008: 2, pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek secara sistematis. Konsep pengukuran ini menjadi salah satu representasi bagaimana dominasi paradigma kuantitatif dalam penilaian pendidikan matematika. Walaupun pendekatan kuantitatif mengandung banyak keuntungan, tetapi pendekatan ini mengandung keterbatasan yang rawan Sumadi Suryabrata, 1998: 18-19. Keterbatasan utamanya adalah kalau hasil kuantifikasi ini tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Data kuantitatif yang diperoleh lalu diolah, dianalisis, dan disimpulkan. Jika data tidak mencerminkan kondisi sebenarnya, maka hasil analisis dan kesimpulan tidak akan sesuai dengan keadaan sebenarnya, dan seberapa besar penyimpangan itu tidak dapat dideteksi.Konsep pengukuran juga cenderung mereduksi penilaian sebagai kegiatan sebatas penskoran. Padahal menilai pada pendidikan matematika tidaklah sama dengan menskor. Domain belajar matematika terlalu luas dan komplek jika hanya mengandalkan penggalian dan penyajian hasil penilaian dengan angka-angka yang miskin makna.

4. Pendekatan Kualitatif dalamPenilaian Pendidikan Matematika

Penerapan paradigma kuantitatif tidak terbantahkan urgensi dan relevansinya dalam penilaian pendidikan matematika. Akan tetapi domain belajar matematika siswa terlalu luas jika hanya mengandalkan penilaian secara kuantitatif. Pendekatan kuantitaif tidak mampu menangkap seluruh spektrum belajar matematika siswa dandiperlukan pendekatan berbeda untuk mengukur aspek-aspek lain Marks, J.M., dkk., 1975: 348-349. Kuantifikasi dapat mereduksi beberapa aspek penting belajar matematika siswa. Penilaian dalam pembelajaran matematika seharusnya dipahami sebagai proses mengumpulkan informasi yang holistik NCTM, 1995, dalam Robert E. Reys, dkk., 1998: 52.Pembelajaran yang efektif hanya dapat diupayakan dengan penilaian yang berkelanjutan terhadap respon siswa dalam pembelajaran DES 1985, dalam Tanner, H.dan Jones, S., 2000: 201. Penilaian pembelajaran matematika seharusnya terintegrasi dengan proses, bukan sesuatu yang terpisah Robert E. R., dkk., 1998: 52. Tes saja tidak cukup untuk penilaian. Meskipun mampu menyiapkan informasi yang hebat, tetapi tes perlu didukung cara-cara alternatif untuk memperoleh informasi Marks, J.M., dkk, 1975: 357-358. Berbagai pemikiran di atas membawa pada pertimbangan pentingnya melengkapi sistem penilaian pendidikan matematika dengan pendekatan kualitatif. Ide tentang pendekatan kualitatif saat ini lebih banyak dikembangkan di bidang penelitian. Pendekatan ini muncul sebagai respon terhadap paradigma positivistik penelitian kuantitatif. Pandangan kualitatif mendorong penggalian informasi yang lebih mendalam, bukan sekedar angka-angka untuk mewakili atribut subjek amatan.Pada penelitian kuantitatif peneliti lepas dari studi yang diteliti untuk menghindari bias.Untuk memperoleh data yang objektif, pemerolehan data dilakukan dengan mengandalkan instrumen, dan peneliti dalam posisi tidak bisa mengintervensi lagi. Namun, dalam pandangan kualitatif objektivitas bukan pilihan satu- satunya untuk memperoleh data karena banyak sisi subjek amatan memerlukan intervensi subjektif. Keterlibatan peneliti tidak dipinggirkan karena justru peneliti merupakan instrumen utama human instrument. Peneliti bertindak sebagai alat, pelaku, sekaligus pengolah dan penafsir data. Paradigma kualitatif di atas memberi tawaran pendekatan baru dalam penilaian pendidikan matematika. Adopsi pendekatan ini dalam penilaian pendidikan matematika menjanjikan pemerolehan informasi lebih komprehensif. Pendekatan kualitatif merekomendasikan pembaharuan fokus dan sasaran penilaian. Pengukuran bukan satu-satunya sumber penilaian karena penilaian tidak hanya berorientasi aspek- aspek yang “measurable”, tetapi menyasar domain lain, seperti dinamika proses belajar, minat dan motivasi belajar, kebiasaan dan perilaku belajar, bahkan menyangkut perkembangan pribadi siswa. Pendekatan kualitatif juga mendorong sistem pelaporan hasil belajar matematika yang lebih komunikatif. Laporan hasil belajar matematika tidak hanya didominasi angka-angka yang miskin makna, tetapi disampaikan secara naratif sehingga dapat diketahui bagaimana situasi yang lebih nyata dibalik angka-angka tersebut.

5. Implementasi Pendekatan Kualitatif

Implementasi pendekatan kualitatif merupakan alternatif baru paradigma penilaian pendidikan matematika yang diharapkan mampu melengkapi kekurangan sistem penilaian selama ini. Pendekatan kualitatif memberikan peluang pemerolehan informasi proses dan hasil belajar matematika siswa lebih utuh dan mendalam. Penilaian pendidikan matematika tidak lagi dipahami sekedar kegiatan penskoran yang miskin makna, melainkan kegiatan yang lebih luas untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar matematika siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penerapan pendekatan kualitatif dalam penilaian pembelajaran matematika berimplikasi pada beragamnya pilihan teknik dan sasaran penilaian. Observasi merupakan salah satu teknik penilaian yang sangat berguna dalam pembelajaran matematika. Fase berlangsungnya pembelajaran matematika boleh jadi merupakan saat paling penting untuk menilai belajar siswa. Guru dapat menggunakan waktu ini untuk berkeliling kelas mengamati siswa bekerja, membuat catatan, pertanyaan siswa, dan memberikan saran Riedesel, C.A., Schwartz, J.E., dan Douglas H. C., 1996: 399. Informasi dari pengamatan kadang lebih informatif dibanding angka hasil tes Freudenthal, 1973, dalam Van den Heuvel-Panhuizen, 1996: 16. Observasi memungkinkan guru memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang perkembangan siswa, yang meliputi sikap mereka terhadap pelajaran matematika, taraf kemampuan memecahkan masalah, kekeliruan yang mereka lakukan dalam memecahkan masalah, cara mereka bekerja sama dengan teman sekelas, kebutuhan akan bantuan dalam belajar matematika, motivasi belajar, dan sebagainyaVan den Heuvel-Panhuizen, 1996:18. Dengan pengamatan guru juga dapat memperoleh pengertian mendalam tentang kecenderungan siswa terhadap matematika Robert E. Reys, dkk., 1998: 54. Mengajukan pertanyaan questioning dapat mendukung dan mengoptimalkan observasi selama pembelajaran matematika Robert E. Reys, dkk., 1998: 54. Melalui tanya-jawab