Komunikasi Matematik Tinjauan Pustaka

bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematika, 3 wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, berbagi pikiran dan penemuan curah pendapat, menilai dan mempertajam idea untuk meyakinkan yang lain. Bahkan Within dan Within 2000 menyebutkan pengembangan kemampuan personal siswa mengenai talking dan writing merupakan tujuan yang sangat penting dalam memasuki abad ke-21. Menurut Cobb Sandra, 1999, dengan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimiliki siswa, dapat terjadi renegosiasi respon antar siswa, guru hanya berperan sebagai “filter” dalam pembelajaran. Cai dan Patricia 2000 berpendapat bahwa guru dapat mempercepat peningkatan komunikasi matematik dengan cara memberikan tugas matematika dalam berbagai variasi. Komunikasi matematik akan berperan efektif manakala guru mengkondisikan siswa agar mendengarkan secara aktif listen actively sebaik mereka mempercakapkannya. Kemampuan berkomunikasi dalam matematika merupakan kemampuan yang dapat menyertai dan memuat berbagai kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk:  Merefleksikan benda-benda nyata, gambar, atau idea-idea matematika;  Membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode lisan, tertulis, konkrit, grafik, dan aljabar;  Menggunakan keahlian membaca, menulis dan menelaah, untuk menginterpretasi dan mengevaluasi idea-idea, simbol-simbol, istilah, serta informasi matematika;  Merespon suatu pertanyaanpersoalan dalam bentuk argumen yang meyakinkan.NCTM,1989.

2.3. Penerapan

Model pembelajaran Penemuan Terbimbing Dengan Menggunakan Tugas Superitem dalam Pembelajaran Matematika Biggs dan Collis melakukan studi tentang struktur hasil belajar dengan tes yang disusun dalam bentuk superitem. Biggs dan Collis dalam temuannya mengemukakan bahwa pada tiap tahap atau level kognitif terdapat struktur respon yang sama dan makin meningkat dari yang sederhana sampai yang abstrak. Struktur tersebut dinamakan Taksonomi SOLO Structure of the Observed Learning Outcome. Berdasarkan kualitas model respon anak, tahap SOLO anak diklasifikasikan pada empat tahap atau level yaitu unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak. Deskripsi dari masing-masing tahap dalam siklus belajar tersebut adalah sebagai berikut: a. Prestuktural yang ciri-cirinya adalah menolak untuk memberi jawaban, menjawab secara tepat atas dasar pengamatan dan emosi tanpa dasar yang logis dan mengulang pertanyaan. b. Unistruktural yang ciri-cirinya adalah menarik kesimpulan hanya berdasarkan satu data yang cocok secara konkrit. c. Multistruktural yang cirri-cirinya adalah dapat menarik kesimpulan berdasarkan dua data atau lebih atau konsep yang cocok, berdiri sendiri atau terpisah. d. Relasional yang ciri-cirinya adalah dapat berpikir secara induktif, dapat menarik kesimpulan berdasarkan data atau konsep yang cocok serta melihat dan mengadakan hubungan - hubungan antara data atau konsep tersebut. e. Abstrak diperluas yang ciri-cirinya dapat berpikir secara induktif dan-deduktif, dapat mengadakan atau melihat hubungan-hubungan, membuat hipotesis, menarik kesimpulan dan menerapkannya pada situasi lain. Dari beberapa langkah-langkah Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing yang dikemukakan oleh para ahli, dalam penelitian ini peneliti menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Markaban. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa tugas bentuk superitem baik digunakan dalam pembelajaran dengan model penemuan terbimbing. Adapun langkah-langkah penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing dengan menggunakan tugas bentuk superitem adalah sebagai berikut: a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4-6 sisiwa b. Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari

c. Guru membagikan tugas bentuk superitem sebagai media untuk pembelajaran penemuan

terbimbing d. Guru menjelaskan tujuan dan prosedur kegiatan yang harus dilakukan e. Memeriksa bahwa semua siswa memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang harus dilakukan; f. Dari data dalam soal bentuk superitem yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. g. Guru membimbing siswa dalam proses penemuan terbimbing melaui pertanyaan- pertanyaan yang mengarahkan. Dalam hal ini, bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah kearah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan tersebut h. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menyusun konjektur prakiraan dan hasil analisis yang dilakukamiya. i. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut di atas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk menyakinkan prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui persentasi hasil dari perwakilan setiap kelompok j. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep yang telah ditemukan.