Hipotesis keempat: “Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara

KARAKTERISTIK TAHAPAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH DIMENSI TIGA BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN AWAL Mardiah Nuntung 1 1 SMA Negeri 5 Palu, Jl.RE Martadinata –Palu; mardiahnuntungyahoo.co.id Abstrak. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif pendekatan kualitatif bertujuan memperoleh deskripsi karakteristik tahapan berpikir kreatif siswa dalam pemecahan masalah dimensi tiga berdasarkan tingkat Kemampuan Awal. Instrumen peneliti sendiri dipandu tugas pemecahan masalah matematika kreatif, tes Kemampuan awal, dan pedoman wawancara. Pengumpulan data dengan wawancara berbasis tugas. Subjek penelitian siswa kelas XI IPA SMAN 8 Makassar terdiri dari 1 orang yang berkemampuan awal tinggi ST dan 1 orang yang berkemampuan awal rendah SR. Hasil penelitian karakteristik tahapan berpikir kreatif: 1 ST: a Mensintesis ide: mencari koherensi, b Membangun Ide berdasarkan: bangun ruang yang mirip. Produktif secara konseptual; c Rencana Penerapan Ide: dengan cara prosedural, berpikir koseptual, mengatasi kesulitan; d Penerapan Ide: memenuhi aspek: kefasihan, kelancaran, dan kebaruan, memperbaiki kesalahan, berpikir kreatif; 2 Karakteristik SR: a Mensintesis ide: mencari koherensi, , b Membangun Ide berdasarkan:bangun ruang yang mirip. Tidak produktif secara konseptual; c Rencana Penerapan Ide: dengan cara procedural dan tidak mampu mengatasinya d Penerapan Ide: memenuhi aspek: kefasihan, kelancaran; 3 perbedaan ST dan SR: 1 dalam membangun dan merencanakan penerapan ide, ST berpikir secara konseptual, SR berpikir prosedural; ST produktif, SR kurang produktif; 2 penerapan ide, ST memenuhi aspek kelancaran, kefasihan, dan kebaruan, SR hanya memenuhi aspek kelancaran dan kefasihan. Kata Kunci . Karakteristik, tahapan berpikir kreatif, mensintesis ide, membangun ide, merencanakan penerapan ide, penerapan ide 1. Pendahuluan Salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum adalah mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan, dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba- coba. Awalnya para ahli meyakini bahwa kemampuan berpikir kreatif hanya dimiliki oleh orang- orang berbakat. Namun, sejalan dengan berkembangnya pengetahuan, beberapa ahli mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir kreatif dapat dibentuk melalui latihan secara terus menerus dan berkesinambungan. Fisher, 1990 menyatakan terdapat miskonsepsi yang meyakini bahwa kreativitas membutuhkan IQ tingkat tinggi. Selanjutnya Kitano, 1992 menyatakan bahwa ada orang berinteligensi tinggi tetapi tidak kreatif tetapi ada orang kreatif tidak memerlukan kecerdasan tinggi. Perubahan paradigma tersebut di atas memotivasi Anderson Kathwohl Alimuddin,2009 untuk merevisi taksonomi Bloom pada aspek